Akuntansi Biaya

PENGERTIAN AKUNTANSI BIAYA

Akuntansi biaya adalah suatu bidang akuntansi yang diperuntukkan bagi proses pelacakan, pencatatan, dan analisa terhadap biaya-biaya yang berhubungan dengan aktivitas suatu organisasi untuk menghasilkan barang atau jasa. Biaya didefinisikan sebagai waktu dan sumber daya yang dibutuhkan dan menurut konvensi diukur dengan satuan mata uang. Penggunaan kata beban adalah pada saat biaya sudah habis terpakai. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya menurut beberapa pakar:
Menurut Schaum
Pengertian dari Akuntansi biaya: adalah suatu prosedur untuk mencatat dan melaporkan hasil pengukuran dari biaya pembuatan barang atau jasa. Fungsi utama dari Akuntansi Biaya: Melakukan akumulasi biaya untuk penilaian persediaan dan penentuan pendapatan.
Menurut Carter dan Usry
Pengertian dari Akuntansi Biaya: Penghitungan biaya dengan tujuan untuk aktivitas perencanaan dan pengendalian, perbaikkan kualitas dan efisiensi, serta pembuatan keputusan yang bersifat rutin maupun strategis.

TUJUAN AKUNTANSI BIAYA

Sesuai dengan uraian pada arikel-artikel sebelumnya bahwa akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan, maka tujuan secara umum adalah menyajikan informasi harga pokok produksi (biaya produksi), sedangkan secara khusus tujuan akuntansi biaya adalah sebagai berikut :

  1. Menyajikan informasi biaya untuk perhitungan harga pokok produksi.
  2. Menyajikan informasi biaya untuk pengendalian biaya.
  3. Menyajikan informasi biaya untuk membantu manajemen dalam pembuatan anggaran dan perencanaan laba.
  4. Menyajikan informasi biaya untuk pengambilan keputusan.
Tujuan akuntansi biaya menitikberatkan pada masalah bagaimana menentukan harga pokok produk barang yang dibuat baik secara pesanan maupun masal untuk menentukan harga pokok penjualan. Lihat Diagram dibawah ini :




BIAYA MENURUT JANGKA WAKTU DAN MANFAATNYA

Atas dasar jangka waktu manfaatnya, maka biaya digolongkan menjadi :

  1. Pengeluaran Modal / Capital Expenditure
    Yang tergolong dalam pengeluaran ini, adalah biaya-biaya yang menimbulkan manfaat dan manfaat tersebut dapat dinikmati lebih dari satu periode akuntasi (satu tahun).
    Pada saat terjadi pengeluaran modal dicata sebagai harga pokok aktiva dan dibebankan daam tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara mengalokasikan sebagian harga pokok aktiva tersebut sebagai penyusutan, amortisasi, atau deflesi.
    Contoh :

    biaya refarasi mesin cukup besar pada saat pengeluaran dicatat sebagai tambahn harga pokok mesin.
  2. Pengeluaran Penghasilan / Revenue Expenditure
  3. Yang tergolong dalam pengeluaran ini adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam satu periode akuntansi (satu tahun). Pada saat terjadinya pengeluaran, penghasilan tersebut dibebankan sebagai biaya dan diperhitungkan sebagai penghasilan yang diperoleh didalam periode akuntasi dimana biaya tersebut terjadi. Contoh : Biaya pemeliharaan mesin, baiya gaji bagian penjualan
BIAYA MENURUT TINGKAH LAKU TERHADAP PERUBAHAN VOLUME PRODUKSI

  1. Biaya Tetap / Fixed Cost
    Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tetap tidak terpengaruh oleh jumlah / volume produksi.
    Contoh :
    - Biaya gaji untuk direktur produks
    - Biaya penyusutan mesin
    - Biaya sewa dan asuransi Bila digambarkan secara grafik, maka kurva biaya tetap / fixed cost adalah sebagai berikut : 
  2. Biaya Variabel / Variable Cost
    Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah tergantung jumlah produksi yang dikeluarkan.
    Contoh :
    - Biaya bahan baku
    - Biaya tenaga kerja
    - Biaya overhead pabrik Bila digambarkan secara grafik, maka kurva biaya variabel / variable cost adalah sebagai berikut :
  3.  
     
  1.  
  2. Biaya Semi Variable / Semi Fixed
    Adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang tetap pada volume produksi tertentu, contoh biaya penelitian, biaya pemeriksaan dan pengawasan produksi
Apabila kurva biaya tetap dan biaya variabel dihubungkan, maka akan didapat biaya total, sehingga grafiknya sebagai berikut :







Apa itu Variable Cost, Fixed Cost dan Semi Variable Cost ?

Variable Cost (biaya variable) adalah besarnya biaya yang tergantung pada banyaknya produk dan jasa yang dihasilkan. Semakin besar produk yang ingin dihasilkan, biaya tidak tetap akan semakin tinggi dan sebaliknya. Contoh dari biaya ini adalah biaya material produksi, biaya bahan bakar, lembur tenaga kerja dan lain sebagainya.
variable-cost-behavior
Fixed Cost (biaya tetap) adalah pengeluaran yang jumlahnya tetap tanpa memperhatikan perubahan kegiatan dalam tingkat yang relevan. Misalnya, sewa, asuransi dan pajak. 
Biaya ini tidak dipengaruhi oleh banyak sedikitnya produk atau jasa yang dihasilkan, nilainya tetap dan tidak berubah.
fixed-cost-behavior
Semi Variable Cost (biaya semi variabel) adalah varian biaya yang ikut berubah bila volume produksi berubah akan tetapi tidak seperti biaya variable yang tidak mengalami perubahan dalam proporsi langsung (biaya campuran). Dengan kata lain, biaya ini berisi kedua komponen baik biaya tetap maupun variable. Contohnya adalah penyewaan truk pengangkut, dimana sewa tetap yang dibayarkan masih harus ditambah dengan beban variabel yang didasarkan pada jarak tempuh dan biaya tenaga dimana pengeluaran beban terdiri atas jumlah tetap ditambah berbagai beban berdasarkan konsumsi. Contoh yang lebih jauh lagi adalah overhead pabrik total, yang merupakan over head tetap dan overhead variabel.

Semi-Variable-Costs-Graph
Contoh perhitungan Variable Cost, Fixed Cost dan semi variable cost
Variable Cost
Y =bX
Dimana:
Y = Total Biaya Variabel
X = Total Unit Diproduksi/Dibentuk (=aktivitas)
b = Biaya Variabel Per Unit (kadang disebut “kecenderungan/kemiringan fungsi biaya”)
Contoh Kasus:
Memakai contoh usaha restoran cepat saji McDonald. Di bulan Januari 2013, biaya “Bahan Baku Daging Ayam” yang timbul untuk aktivitas pembuatan ayam goreng 3,000 menu “Paket Chicken Crispy” adalah Rp 30,000,000, dengan biaya variabel bahan baku daging ayam per unit Rp 10,000.
Case-1. Jika untuk bulan Februari 2013 aktivitas pembuatan “Paket Chicken Crispy” diperkirakan akan meningkat menjadi 4000 menu dengan biaya variabel per unit yang sama, berapa total biaya variabel “Bahan Baku Daging Ayam” yang akan timbul?
Jawaban:
Y = bX
Y = Rp 10,000 x 4000 = Rp 40,000,000
Simpulan: Peningkatan aktivitas pembuatan ayam goreng “Paket Chicken Crispy” 1000 menu (=4000 – 3000) mengakibatkan peningkatan total biaya variabel sebesar Rp 10,000,000 (= 40,000,000 – 30,000,000).

Case-2. Jika di bulan Maret 2013 aktivitas pembuatan ayam goreng paket chicken crispy turun menjadi 3500 menu dengan biaya variabel satuan yang sama, berapa total biaya variabel yang akan timbul?
Jawaban:
Y = bX
Y = Rp 10,000 x 3500 = Rp 35,000,000
Simpulan: Penurunan aktivitas pembuatan ayam goreng “Paket Chicken Crispy” 500 menu (=4000 – 3500) mengakibatkan penurunan total biaya variabel sebesar Rp 5,000,000 (= 40,000,000 – 35,000,000).

Case-3. Di awal bulan April 2013, sebagai manager (atau pemilik) restoran anda disuguhi laporan keuangan untuk Kwartal I 2013 (Januari s/d Maret 2013), termasuk “Rincian Perhitungan Harga Pokok Penjualan (HPP)”. Dalam rincian perhitungan harga pokok penjualan, anda menemukan nominal biaya bahan baku daging ayam menu paket chicken crispy sebesar Rp 125,000,000 untuk 10,500 menu dengan biaya satuan Rp 10,000. Apakah itu wajar?
Solusi: Anda tahu bahwa biaya bahan baku daging ayam tergolong biaya variabel. Anda juga tahu bahwa total biaya variable bahan baku daging ayam meningkat/menurun dalam porsi yang sama seiring dengan peningkatan dan penurunan aktivitas pembuatan ayam goreng paket menu chicken crispy. Berdasarkan pengetahuan itu, anda akan melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

Langkah pertama, menguji perhitungan total biaya bahan baku daging ayam:
Y = bX
125,000,000 = Rp 10,000 x 10,500 menu
125,000,000 = Rp 105,000,000
Apakah itu wajar? Jelas tidak. Mestinya Y sama dengan bX, kenyataannya tidak. Kemungkinan penyebabnya, bisa jadi:
·         Salah jurnal
·         Salah dalam perhitungan
·         Ada perubahan biaya variabel satuan
Untuk itu anda perlu membandingkan nota pembelian bahan baku daging dengan catatan, memeriksa akurasi perhitungan, dan memeriksa apakah telah terjadi perubahan “biaya variabel satuan” tanpa sepengetahuan anda.

Fixed Cost
Y = a
Dimana:
Y = Total biaya tetap
a = Biaya tetap
Catatan: X atau total aktivitas tidak dihitung karena besar/kecil-nya tidak berpengaruh terhadap besar/kecil-nya total biaya tetap.
Untuk menjalankan usaha gerai fast food McDonald yang di mulai bulan Agustus 2012, anda membayar sewa gedung berkapasitas 200 kursi sebesar Rp 50 juta, dengan masa sewa yang berlaku hingga Agustus 2013. Atas pembayaran sewa tersebut diakui sebagai “Sewa Dibayar Dimuka” sebesar Rp 50,000,000 dan setiap bulannya anda membebankan “Biaya Sewa” sebesar Rp 4,166,667 (=50,000,000/12) sejak masa sewa dimulai hingga berakhir.
Case-1. Jika di bulan Agustus restoran anda hanya membuat 1000 paket menu, berapa biaya sewa gedung yang harus anda tanggung? Jawaban: Rp 4,166,667.
Case-2. Jika di bulan September 2012 aktivitas produksi meningkat jadi 2000 paket menu, berapa biaya sewa yang harus anda tanggung? Jawaban: Tetap Rp 4,166,667
Case-3. Jika di bulan Desember 2012 aktivitas produksi meningkat jadi 4000 paket menu, berapa biaya sewa yang harus anda tanggung? Jawaban: Tetap Rp 4,166,667

Simpulan: Berapapun volume aktivitas produksi paket menu yang dilakukan, biaya sewa yang masuk dalam kelompok “biaya tetap” (fixed cost) yang ditanggung tetap sama setiap bulannya, yaitu Rp 4,166,667, DALAM JANGKA PENDEK.


SEMI VARIABLE COST
Y = a + bX
Dimana:
    Y = Total Biaya Campuran
    X = Total Unit Diproduksi/Dibentuk (=aktivitas)
    a = Porsi biaya tetap
    b = Porsi biaya variabel per unit aktivitas
Contoh Kasus:
Restoran cepat saji McDonald yang anda jalankan menggunakan satu rekening listrik untuk kebutuhan operasional kitchen sekaligus kebutuhan kantor. Data tagihan listri dari pertama beroperasi (Juli 2012) hingga akhir tahun (Desember 2012) adalah sbb:
·         Tagihan Agustus (penggunaan Juli) = Rp 1,000,000
·         Tagihan September (penggunaan Agustus) = Rp 2,000,000
·         Tagihan Oktober (penggunaan September) = Rp 3,000,000
·         Tagihan November (penggunaan Oktober) = Rp 4,500,000
·         Tagihan Desember (penggunaan November) = Rp 6,000,000
·         Tagihan Januari (penggunaan Desember) = Rp 8,500,000
Melihat data di atas, sebagai manajer atau pemilik restoran, apa respon Anda?
Pertama, anda berpikir “apakah angka-angka itu sudah akurat?” Yang bisa anda lakukan untuk menjawab pertanyaan ini adalah membandingkan antara catatan (journal) dengan nota tagihan dari PLN. Sepanjang catatan sudah sama persis dengan nota tagihan PLN, maka sudah bisa dibilang akurat.
Kedua, anda berpikir “Okay datanya akurat, apakah tagihan sebesar itu wajar?” Yang saya tahu, sampai saat ini, kita konsumen belum bisa mempertanyakan kewajaran angka yang tertera di atas nota tagihan PLN (kecuali sangat ekstrim), mau tidak mau terpaksa diasumsikan benar. Sehingga yang anda pertanyakan dalam hal ini, sesungguhnya, apakah penggunaan listrik sebesar itu tergolong efisien? Sedang? Atau Boros?
Mengukur penggunaan listrik tidak semudah mengukur penggunaan barang persediaan, maksimal yang bisa anda lakukan adalah membandingkan antara volume aktivitas dimana listrik digunakan (di kitchen dalam contoh ini) dengan besarnya tagihan yang tentunya dihitung dengan KWH, dari bulan-ke-bulan. Untuk penyederhanaan, saya akan membandingkan antara volume aktivitas dengan total tagihan saja. Anda sudah punya data tagihan, data yang masih anda butuhkan tinggal volume produksi. Anda memperoleh data sbb, misalnya:
·         Bulan Juli, total paket menu 0 (kitchen belum beroperasi), artinya apa? Total tagihan Rp 1,000,000 adalah murni penggunaan kantor, fixed cost.
·         Bulan Agustus, total paket menu 2000, artinya apa? Dari total tagihan Rp 2,000,000, porsi penggunaan kantor (fixed cost) Rp 1,000,000, sisanya yang 1,000,000 lagi adalah penggunaan kitchen (variable cost). Dari sini anda bisa menentukan biaya variabel satuan, yaitu Rp 1,000,000/2000 = Rp 500.
·         Tagihan September, total menu 3500 menu, artinya apa? Porsi variable cost Rp 2,000,000 (= Total semi variable cost 3,000,000 – fixed cost 1,000,000). Biaya variabel satuan = 2,000,000/3500 = Rp 571. Jika dibandingkan dengan biaya variabel satuan Agustus, jelas penggunaan bulan September lebih boros.
Selanjutnya anda mencari tahu, mengapa lebih boros? Apakah trend pemborosan ini terus berlangsung di Oktober, November dan Desember atau bersifat sementara saja?
Lanjutkan analisa hingga Desember 2012. Jika biaya variabel satuan kembali ke angka Rp 500 berarti tidak ada masalah. Jika masih boros atau justru meningkat terus berarti ada yang tidak beres. Kemungkinannya bisa macam-macam: bisa jadi pegawai kitchen salah menggunakan alat/mesin, bisa jadi freezer daging atau peralatan lain mengalami kerusak sehingga boros listrik, dan lain sebagainya. Sebagai manager inilah yang harus anda tindak lanjuti, tidak sekedar mengutak-atik angka lalu berhenti.



BIAYA MENURUT HUBUNGANNYA DENGAN YANG DIBIAYAI

Biaya Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu Yang dibiayainya

  1. Biaya Produksi Langsung
    Biaya produksi langsung adalah biaya yang terjadi karena adanya sesuatu yang dibiayai. Biaya ini diperhitungkan dalam harga pokok produksi, biaya ini terdiri dari :



    1. Biaya bahan baku langsung
      Artinya semua bahan baku untuk membentuk barang jadi dan dapat langsung diperhitungkan kedalam harga pokok. Biaya ini sifatnya relatif, artinya bagi perusahaan yang satu merupakan biaya bahan baku langsung tetapi bagi perusahaan yang lain belum tentu biaya bahan baku langsung. Contoh biaya bahan baku langsung :
      - Kertas pada perusahaan percetakan
      - Benang pada perusahaan tekstil
      - Tanah liat pada industri gerabah, dll
    2. Biaya tenaga kerja langsung
      Artinya adalah upah untuk pekerja yang secara langsung membuat produk atau jasa, dapat langsung diperhitungkan kedalam harga pokok produksi. Contoh :
      - Upah tukang membuat bata
      - Upah tukang cetak pada perusahaan percetakan
  2. Biaya Produksi Tak Langsung
    Biaya ini merupakan biaya yang terjadi selain biaya bahan baku langsung dan upah langsung, biaya ini lazim disebut biaya overhead pabrik. Biaya produksi tak langsung dikelompokan menjadi :
    1. Biaya bahan baku penolong
      Artinya biaya bahan baku yang diperlukan untuk memproduksi produk jadi yang nilainya relatif kecil.
      Contoh :
      - Benang dan lem pada perusahaan sepatu.
      - Kancing baju pada perusahaan konfeksi
    2. Biaya tenaga kerja tak langsung
      Artinya upah kerja yang secara tidak langsung berhubungan dengan proses produksi.
      Contoh :
      - Upah mandor pabrik
      - Upah penjaga gedung pabrik
    3. Biaya produksi tak langsung lainnya
      Contoh :
      - Biaya penyusutan mesin
      - Biaya asuransi pabrik
      - Biaya perlengkapan pabrik
      - Biaya servis mesin 
 HUBUNGAN  AKUNTANSI KEUANGAN DAN AKUNTANSI MANAJEMEN

Sebelum menjelaskan hubungan antara akuntasi biaya, akuntansi keuangan dan akuntasi manajemen, akan dijelaskan terlebih dahulu perbedaan akuntasi keuangan dengan akuntansi menajamen. Perhatikan tabel dibawah ini :

No Kriteria Akuntansi
Keuangan Manajemen
1. Pemakai Para manajer puncak dan pihak luar preusan Para manajer dan berbagai jenjang organisasi di dalam perusahaan
2. Lingkup informasi Perusahaan secara keseluruhan Bagian dari perushaaan
3. Fokus informasi Berorientasi ke masa lalu Berorientasi ke masa yang akan datang
4. Rentang waktu Kurang fleksibel. Biasanya mencakup jangka waktu kuartalan, semesteran, dan tahunan Fleksibel, bervariasi, dari harian, mingguan, bulanan bahkan sampai ada yang 10 tahun sekali
5. Kriteria bagi informasi akuntansi Dibatasi oleh prinsip yang umum dan diakui / lazim Tidak ada batasan, kecuali manfaat yang dapat diperoleh oleh manajemen dari informasi dibandingkan dengan pengorbanan untuk memperoleh informasi
6. Disiplin ilmu Ilmu ekonomi Ilmu ekonomi dan psikologi sosial
7. Isi laporan Laporan berupa ringkasan mengenai perusahaan sebagai satu kesatuan / keseluruhan Laporan bersifat rinci mengenai bagian dari perusahaan
8. Sifat informasi Ketepatan informasi merupakan hal yang penting Unsur taksiran informasi adalah besar.
Dari tabel diatas secara garis besar akuntasi dibagi menjadi dua yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen, masing-masing memiliki karakteristik tersendiri dari berbagai dimensi.
Akuntansi keuangan adalah akuntansi yang bertujuan untuk menghasilkan informasi keuangan bagi pihak ekstern perusahaan, informasi yang disajikan berupa laporan neraca, rugi laba, perubahan modal, arus kas, dan catatan keuangan lainnya. Transaksi yang menjadi objek dalam akuntansi keuangan sifatnya umum menyangkut harta, utang dan modal perusahaan.
Akuntansi manajemen adalah akuntansi yang bertujuan menghasilkan informasi keuangan untuk pihak manajemen. Jenis informasi yang diperlukan pasti berbeda dengan informasi yang diperlukan pihak luar. Manajemen dalam hal ini terdiri dari top manajemen, middle manajemen dan lower manajemen. Umumnya informasi yang dihasilkan bersifat mendalam dan tidak dipublikasikan kepada pihak luar.
Selain perbedaan yang ada seperti yang disajikan pada tabel sebelumnya, antara akuntasi keuangan dan akuntansi menajemen memiliki persamaan, yaitu :
  1. Baik akuntansi keuangan maupun akuntansi manejemen merupakan pengolah informasi yang menghasilkan informasi keuangan.
  2. Akuntansi keuangan dan akuntansi menajemen juga berfungsi sebagai penyedia informasi keuangan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.
Sedangkan akuntasi biaya mempunyai tujuan untuk menghitung biaya produksi dalam rangka menetapkan harga pokok produk baik yang dibuat secara pesanan ataupun massal dan menyusun laporan biaya guna memenuhi kepentingan manjemen.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa akuntasi biaya merupakan bagian dari akuntasi keuangan dan akuntansi manajemen karena akuntansi biaya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi pihak luar dan pihak dalam perusahaan, bukan berdiri sendiri diantara akuntansi biaya dan akuntansi manajemen. Kalau digambarkan dalam diagram venn, maka antara akuntansi biaya, akuntasi manajemen dan akuntasi keuangan, maka dapat digambarkan sebagai berikut :
 DEFINISI, PROSES PEMBEBANAN DAN PERILAKU BIAYA

Pembebanan biaya
Pembebanan biaya atas produk, jasa, pelanggang, dan obyek lain yang merupakan kepentingan manajemen, adalah salah satu tujuan dari sistem informasi manajemen. Oleh karena itu keakuratan pembebanan biaya menghasilkan informasi yang lebih bermutu tinggi, yang kemudian dapat digunakan untuk membuat keputusan yang lebih baik.
Biaya
Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau masa yang akan datang bagi organisasi. Ekuivalen kas artinya sumber nonkas dapat ditukar dengan barang atau jasa yang diinginkan.
Dalam usaha menghasilkan manfaat saat ini dan masa yang akan datang, manajer harus melakukan berbagai usaha untuk meminimumkan biaya yang dibutuhkan dalam mencapai manfaat tersebut. Mengurangi biaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan berarti perusahaan menjadi lebih efisien. Akan tetapi, biaya tidak hanya harus ditekan, tetapi harus dikelola secara strategis.
Biaya dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat di masa yang akan datang. Manfaat (bagi perusahaan yang berorientasi laba / profit oriented) berarti pendapatan. Jika biaya telah dihabiskan dalam proses menghasilkan pendapatan, maka biaya tersebut dinyatakan kadaluarsa (expire). Biaya yang sudah kadaluwarsa disebut beban (expense). Di setiap periode, beban akan dikurangkan dari pendapatan dalam laporan laba rugi, untuk menentukan laba periode tersebut. Sedangkan biaya yang belum kadaluwarsa disebut sebagai cost, yang akan dilaporkan dalam laporan neraca.
Obyek Biaya
Sistem akuntansi manajemen dibuat untuk mengukur dan membebankan biaya kepada entitas, yang disebut obyek biaya. Obyek biaya dapat berupa apapun, seperti produk, pelanggan, departemen, proyek, aktivitas, dan sebagainya, yang diukur biayanya dan dibebankan.
Dalam akuntansi manajemen maju, Aktivitas muncul sebagai obyek biaya yang penting. Aktivitas adalah orang-orang dan/atau peralatan yang melakukan kerja bagi orang lain. Oleh karena itu aktivitas adalah unit dasar kerja yang dilakukan dalam sebuah organisasi, dan dapat juga digambarkan sebagai pengumpulan tindakan dalam suatu organisasi yang berguna bagi para manajer untuk melakukan perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan. Aktivitas tidak hanya bertindak sebagai obyek biaya, tapi juga memiliki peran utama dalam pembebanan biaya untuk obyek biaya lainnya.
Keakuratan Pembebanan
Pembebanan biaya secara akurat ke obyek biaya sangatlah penting. Keakuratan adalah suatu konsep relatif, dan harus dilakukan dengan wajar serta logis terhadap penggunaan metode pembebanan biaya. Pembebanan biaya yang terdistorsi dapat menghasilkan keputusan yang salah dan evaluasi yang buruk.
Ketertelusuran (traceability)
Untuk membantu meningkatkan keakuratan pembebanan biaya, maka hubungan antara biaya dan obyek biaya harus digali. Biaya dapat secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan obyek biaya. Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah biaya yang tidak mudah dan akurat dilacak sebagai obyek biaya. Biaya langsung (direct cost) adalah biaya yang dengan mudah dan akurat ditelusur sebagai obyek biaya. “Ditelusur dengan mudah” memiliki arti bahwa biaya dapat dibebankan dengan layak secara ekonomi, “dilacak dengan
akurat” memiliki arti bahwa bia ya dapat dibebankan dengan menggunakan hubungan sebab akibat. Jadi ketertelusuran adalah kemampuan untuk membebankan biaya ke obyek biaya dengan cara yang layak secara ekonomi berdasarkan hubungan sebab akibat.
Metode Penelusuran
Penelusuran adalah pembebanan aktual biaya ke obyek biaya, dengan menggunakan ukuran yang dapat diamati atas sumber daya yang dikonsumsi oleh obyek biaya. Penelusuran biaya ke obyek biaya dapat terjadi melalui salah satu dari dua cara berikut ini: (1) penelusuran langsung, atau (2) penelusuran penggerak. Penelusuran langsung adalah suatu proses pengidentifikasian dan pembebanan biaya yang berkaitan secara khusus dan fisik dengan suatu obyek.
Penelusuran penggerak adalah penggunaan penggerak untuk membebani biaya ke obyek biaya. Penggerak adalah faktor penyebab yang dapat diamati dan yang mengukur konsumsi sumber daya obyek biaya. Oleh karena itu, penggerak adalah faktor yang menyebabkan perubahan dalam penggunaan sumber daya, dan memiliki hubungan sebab akibat dengan biaya yang berhubungan dengan obyek biaya.
Membebankan Biaya Tidak Langsung
Biaya tidak langsung adalah biaya-biaya yang tidak dapat dibebankan ke obyekobyek biaya, baik dengan menggunakan penelusuran langsung atau penggerak. Hal ini berarti bahwa tidak ada hubungan sebab akibat antara biaya dan obyek biaya, atau penelusuran tidak layak dilakukan secara ekonomis. Pembebanan biaya tidak langsung ke obyek biaya disebut alokasi. Oleh karena tidak terdapat hubungan sebab akibat, pengalokasian biaya tidak langsung didasarkan pada kemudahan atau beberapa asumsi yang berhubungan.
Metode Pembebanan Biaya
====>>Biaya Sumber Daya
=Penelusuran Langsung
=Penelusuran Penggerak
=Alokasi
=Pengamatan Fisik
=Hubungan Sebab Akibat
=Asumsi Hubungan
Semua nya ke ====> Obyek Biaya
Biaya Produk dan Jasa
Dua jenis keluaran (output) organisasi, yaitu: produk berwujud dan jasa. Jasa berbeda dengan produk berwujud dalam empat dimensi penting, yaitu: ketidakberwujudan (intangibility), tidak tahan lama (perishability), tidak dapat dipisahkan (inseparabaility), dan heterogenitas (heterogenity). Sedangkan organisasi yang membuat produk berwujud disebut organisasi manufaktur, dan organisasi yang memproduksi produk tidak berwujud disebut orgsanisasi jasa.
Manajer organisasi manufaktur maupun organisasi jasa perlu mengetahui besar biaya setiap produk. Biaya produk yang akurat adalah penting untuk analisis tingkat laba dan untuk keputusan strategi yang berkenaan dengan perancangan produk, penetapan harga, serta bauran produk.
Arti dari biaya produk tergantung pada tujuan manajerial yang sedang berusaha dicapai. Ini sesuai dengan istilah: “Biaya yang berbeda untuk tujuan yang berbeda (different cost for different purpose). Contoh 1: Pihak manajemen tertarik dengan analisis tingkat laba strategis. Untuk mendukung tujuan ini, manajemen memerlukan informasi tentang semua pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan suatu produk. Pada kasus ini, rantai nilai biaya produk telah sesuai, karena memperhitungkan semua biaya yang diperlukan untuk
menilai tingkat laba strategis. Rantai nilai perusahaan adalah seperangkat aktivitas yang dibutuhkan untuk merancang, mengembangkan, memproduksi, memasarkan, mendistribusikan, dan melayani produk. Contoh 2: Tujuan manajerial adalah jangka pendek atau analisis tingkat biaya taktis. Pada kasus ini, biaya perancangan dan pengembangan mungkin tidak relevan, khususnya untuk produk yang telah ada. Contoh 3: Tujuan manajerial adalah penyusunan laporan keuangan eksternal. Dalam kasus ini biaya produk tradisional diperlukan. Peraturan dan ketentuan yang mengatur laporan keuangan eksternal menyatakan bahwa hanya harga pokok produksi yang dapat digunakan dalam perhitungan biaya produk.
Biaya Produk dan Pelaporan Keuangan Eksternal
Salah satu tujuan utama sistem manajemen biaya adalah perhitungan biaya produk untuk pelaporan keuangan eksternal. Untuk tujuan perhitungsan biaya produk, kesepakatan yang berlaku secara eksternal menyatakan bahwa biaya dapat diklasifikasikan menurut tujuan khusus atau fungsi-fungsi, yang hendak mereka capai. Biaya dikelompokkan ke dalam dua kategori fungsional utama: produksi dan nonproduksi.
Biaya produksi adalah biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan penyediaan jasa. Biaya nonproduksi adalah biaya yang berkaitan dengan fungsi perancangan, pengembangan, pemasaran, distribusi, layanan pelanggan, dan administrasi umum. Biaya pemasaran, distribusi, dan layanan pelanggang biasa ditempatkan dalam satu kategori yaitu biaya penjualan. Biaya perancangan, pengembangan, dan administrasi umum ditempatkan dalam kategori biaya administrasi.
Biaya produksi (biaya manufaktur) dapat diklasifikasikan lebih lanjut sebagai biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead. Hanya tiga unsur biaya ini yang dapat dibebankan ke produk dalam pelaporan eksternal.
Biaya produksi seringkali dibedakan menjadi dua yaitu biaya utama dan biaya konversi. Biaya utama (prime cost) adalah jumlah biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. Biaya konversi adalah jumlah biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead. Pada perusahaan manufaktur, biaya konversi dapat diinterpretasikan sebagai biaya mengubah bahan baku menjadi produk akhir.
Perilaku Biaya
Perilaku biaya adalah istilah umum untuk menggambarkan apakah biaya berubah seiring dengan perubahan output. Kemungkinan yang paling sederhana mengenai reaksi biaya terhadap perubahan output adalah biaya tetap, biaya variabel dan biaya campuran.
Biaya tetap adalah suatu biaya yang dalam jumlah total tetap konstan dalam rentang yang relevan ketika output aktivitas berubah. Biaya variabel adalah biaya yang dalam jumlah total bervariasi secara proporsional terhadap perubahan output. Biaya campuran adalah biaya yang memiliki komponen tetap dan variabel.
Mengklasifikasikan Biaya Sesuai dengan Perilaku
Dalam menilai perilaku biaya, pertama-tama harus dipertimbangkan batasan waktu, kemudian harus diidentifikasikan sumber-sumber daya yang dibutuhkan dan output aktivitas.
Terakhir harus diukur input dan output, dan ditentukan pengaruh perubahan output pada biaya aktivitas.
Batasan waktu, menentukan apakah suatu biaya merupakan biaya tetap atau variabelbergantung pada batasan waktu. Menurut ilmu ekonomi, dalam jangka panjang, semua biasya adalah variabel; dalam jangka pendek, paling tidak satu biaya adalah tetap.
Metode-metode untuk Memisahkan Biaya Campuran ke dalam Komponenkomponen
Tetap dan Variabel.
Ada tiga metode yang digunakan secara luas untuk memisahkan biaya campuran menjadi komponen tetap dan variabel, yaitu: metode tinggi rendah, metode scatterplot, dan metode kuadrat terkecil. Masing-masing metode menggunakan asumsi hubungan biaya linear.
 METODE PENGUMPULAN BIAYA

Metode pengumpulan biaya ditentukan oleh cara berproduksi, pada dasarnya cara berproduksi dibagi dua yaitu atas dasar pesanan dan masal.

  1. Produksi atas dasar pesanan Pada perusahaan yang berproduksi secara pesanan, cara pengumpulan biaya produksinya menggunakan metode harga pokok pesanan (Job Order Cost). Biaya produksi dikumpulkan untuk tiap jenis pesanan dan harga poko per satuan dihitung sebagai berikut :

    Harga pokok persatuan = Jumlah biaya produksi tiap pesanan
    Jumlah produk yang dipesan
    Contoh :
    Untuk mengerjakan seratus pesanan pakaian olah raga diperlukan biaya sebagai berikut :

    Bahan bahan baku Rp 500.000
    Bahan penolong Rp 75.000
    Tenaga kerja langsung Rp 600.000
    Biaya overhead pabrik Rp 125.000
    Jumlah biaya produksi Rp 1.300.000
    Maka harga pokok satu stel seragam pakaian olah raga dihitung
    = Rp 1.500.000/100 = Rp 13.000 per stel
  2. Produksi atas dasar produksi massa Perusahaan yang ini berproduksi terus menerus selama ada permintaan pasar,artinya ada pesanan atau tidak selama barang yang mereka produksi maka akan terus diproduksi.
    Perusahaan yang berproduksi secara massa di dalam mengumpulkan biaya produksi menggunakan harga pokok proses (process cost method). Dalam metode ini biaya produksi dikumpulkan selama periode tertentu, sedangkan harga pokok per satuan produk yang dihasilkan pada periode tertentu dihitung dengan rumus sebagai berikut :

    Harga pokok persatuan = Jumlah biaya produksi selama periode tertentu
    Jumlah produk yang dihasilkan selama periode tertentu
    Contoh :
    Perusahan industri yang memproduksi shampo selama bulan janari 2003 telah mengeluarkan biaya produksi sebagai berikut :

    Bahan bahan baku Rp 1.900.000
    Bahan penolong Rp 1.000.000
    Tenaga kerja langsung Rp 2.500.000
    Biaya overhead pabrik Rp 600.000
    Jumlah biaya produksi Rp 6.000.000
    Produk yang dihasilkan selama bulan januari sebanyak 10.000 botol (dianggap tidak ada produk belum selesai), jadi harga pokok per satuan dihitung :
    Rp 6.000.000 / 10.000 = Rp 600.000
PERHITUNGAN HPP DAN BIAYA PRODUKSI BERDASARKAN METODE FULL COSTING DAN VARIABEL COSTING
Definisi Biaya
Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang di ukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Pemahaman mengenai biaya penting sekali karena penerapan biaya yang tepat dapat digunakan untuk membantu proses perencanaan, pengendalian, dan pembuatan keputusan ekonomi. Terdapat berbagai macam pengertian atau definisi biaya, yang masing masing berbeda. Karena itu, tidak jarang terjadi perbedaan pengertian definisi dan menyadari sepenuhnya betapa penting arti biaya tersebut dalam menjalankan tujuan sehari-hari. Ketidaktepatan atau kesalahtafsiran biaya, bisa berakibat pembuatan keputusan yang kurang tepat.
Menurut Mulyadi (2007: 24) definisi biaya dibagi atas dua yaitu biaya dalam arti luas dan biaya dalam arti sempit. Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi dan kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Sedangkan dalam arti sempit, biaya diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya adalah pengorbanan sumber daya ekonomi untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat memberikan manfaat bagi perusahaan baik saat ini maupun di masa yang akan datang.
Penggolongan Biaya
Dalam akuntansi biaya, biaya dapat dikelompokan dalam berbagai macam cara. Umumnya klasifikasi biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan tersebut. Penggolongan biaya dapat dilakukan berdasarkan:
a)      Biaya Berdasarkan Objek Pengeluaran
Dalam cara ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya.
Contoh : Biaya yang dikeluarkan untuk bahan bakar disebut dengan biaya bahan bakar.
b)      Biaya Berdasarkan Fungsi Pokok dalam Perusahaan
Ø  Biaya Produksi
Biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual.
Ø  Biaya Pemasaran
Biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk.
Ø  Biaya Administrasi dan Umum
Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk.
c)      Biaya Berdasarkan Hubungan Biaya dengan suatu yang dibiayai
Ø  Biaya Langsung
Biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Biaya langsung ini akan lebih mudah diidentifikasi dengan sesuatu yang dibiayai.
Ø  Biaya Tidak Langsung
Biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung tidak mudah diidentifikasi dengan produk tertentu.
d)     Biaya berdasarkan perilaku biaya dalam hubungannya dengan Perubahan Volume Kegiatan
Ø  Biaya Variabel
Biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
Ø  Biaya Semi Variabel
Biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
Ø  Biaya Semifixed
Biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.
Ø  Biaya Tetap
Biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran volume kegiatan tertentu.
e)      Biaya Berdasarkan Jangka Waktu Manfaatnya
Ø  Pengeluaran Modal (capital Expenditure)
Biaya yang mempunyai manfaat lebih dari suatu periode akuntansi.
Ø  Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditure)
Biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut.
Biaya Produksi
Mulyadi (2010 : 16) menyatakan bahwa biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengelolahan bahan baku menjadi produk. Biaya produksi membentuk kos produksi, yang digunakan untuk menghitung cost produk jadi dan cost produk yang pada akhir periode akuntansi masih dalam proses. Pengumpulan cost produksi sangat ditentukan oleh cara produksi. Secara garis besar, cara memproduksi produk dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu : produksi atas dasar pesanan dan produksi massa atau proses. Perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan melaksanakan pengelolahan produknya atas dasar pesanan yang diterima dari pihak luar. Contoh perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan antara lain adalah perusahaan percetakan, perusahaan mebel, perusahaan dok kapal. Perusahaan yang berproduksi berdasarkan produk massa melaksanakan pengolahan produksinya untuk memenuhi persediaan digudang. Umumnya produknya berupa produk standar. Contoh perusahaan yang berproduksi massa antara lain adalah perusahaan semen, pupuk, makanan ternak, bumbu masakan, makanan ringan dan tekstil.
Perusahaan yang berproduksi berdasar pesanan, mengumpulkan cost produksinya dengan menggunakan metode cost pesanan (job order cost method). Dalam metode ini biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan cost produksi per satuan produk yang dihasilkan untuk memenuhi pesanan tersebut dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan. Metode penentuan cost produksi adalah memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam cost produksi. Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam cost produksi, terdapat dua pendekatan yaitu full costing dan variable costing.
Mulyadi (2010 : 24) menyatakan bahwa penentuan cost produksi dipengaruhi oleh pendekatan yang digunakan untuk menentukan unsur-unsur biaya produksi yang diperhitungkan dalam cost produksi. Dalam metode full costing biaya produksi yang diperhitungkan dalam penentuan cost produksi adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik, baik yang berprilaku tetap maupun yang berprilaku variabel. Dalam metode variable costing, biaya produksi yang diperhitungkan dalam penentuan kos produksi adalah hanya terdiri dari biaya produksi variabel, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan overhead pabrik variabel.
Harga Pokok Produksi
Pengertian Harga Pokok Produksi
Harga pokok produksi meliputi keseluruhan bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik yang dikeluarkan untuk memproduksi barang atau jasa. Harga pokok produksi terdiri atas tiga komponen utama, yaitu :
1.      Bahan baku langsung yang meliputi : biaya pembelian bahan, potongan pembelian, biaya angkut pembelian, biaya penyimpanan, dan lain-lain.
2.      Tenaga kerja langsung yang meliputi semua biaya upah karyawan yang terlibat secara langsung dalam proses pembuatan bahan baku menjadi barang jadi atau barang yang siap dijual.
3.      Biaya overhead pabrik meliputi semua biaya-biaya diluar dari biaya perolehan biaya bahan baku langsung dan upah langsung.
Mulyadi (2010:17) menyatakan bahwa metode penentuan harga pokok produksi adalah cara perhitungan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi. Dalam memperhitungkan unur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi terdapat dua pendekatan yaitu full costing dan variabel costing. Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang yang berperilaku variabel maupun tetap, dengan demikian harga pokok produksi menurut full costing terdiri dari unsur biaya produksi.
Mulyadi ( 2010 : 18 ) menyatakan bahwa variabel costing adalah merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku varaibel ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel.
Harga pokok produksi berfungsi sebagai dasar dalam menentukan harga jual. Untuk menetapkan harga jual, penting bagi perusahaan untuk mengetahui besarnya biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi barang yang akan dijual. Biaya tersebut sering disebut sebagai harga pokok produksi.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa harga pokok produksi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu barang atau jasa. Harga pokok memiliki fungsi sebagai berikut:
1.      Harga pokok sebagai penetapan harga jual.
Harga pokok merupakan hal penting yang perlu diketahui oleh perusahaan karena harga pokok dapat memberikan pengaruh terhadap penentuan harga jual produk tertentu.
2.      Harga pokok sebagai dasar penetapan laba.
Apabila perusahaan telah membuat perhitungan harga pokok maka perusahaan dapat menetapkan laba yang diharapkan yang akan mempengaruhi tingkat harga jual suatu produk tertentu.
3.      Harga pokok sebagai dasar penilaian efisiensi.
Harga pokok dapat dijadikan dasar untuk mengontrol pemakaian bahan, upah dan biaya produksi tidak langsung. Hal ini dapat dilakukan dengan menetapkan harga pokok standar terlebih dahulu dan kemudian membandingkan dengan harga pokok yang aktual atau yang sebenarnya terjadi. Apakah terdapat selisih antara perhitungan kedua harga pokok tersebut, apabila ada selisih negatif berarti proses produksi yang dilaksanakan belum efisien dan perusahaan perlu menngetahui penyebab terjadinya selisih tersebut,  sehingga  dapat  diambil  tindakan  koreksi  untuk  memperbaiki  kesalahan tersebut sedangkan bila ada selisih positif maka perlu ditelusuri terlebih lanjut atas selisih tersebut apakah karena perusahaan telah menjalankan proses produksi secara efisien atau perhitungan harga pokok  standar yang kurang tepat.
4.      Harga pokok sebagai dasar pengambilan berbagai keputusan manajemen. Harga pokok merupakan suatu pedoman penting sekaligus sebagai suatu dasar untuk pengambilan keputusan khusus perusahaan, misalnya:
a.       Menetapkan perubahan harga penjualan.
b.      Menetapkan penyesuaian proses produksi.
c.       Menetapkan strategi persaingan di pasaran luas.
d.      Merencanakan ekspansi perusahaan.
e.       Pengambilan  keputusan-keputusan  khusus  manajemen,  seperti  apakah  akan membeli atau membuat sendiri suatu suku cadang, apakah menerima suatu pesanan khusus dengan harga khusus atau tidak.
Unsur-Unsur Harga Pokok Produksi
Menurut beberapa ahli terdapat 3(tiga) unsur-unsur harga pokok produksi. Mengacu pada pendapat Rayburn (1999), unsur-unsur harga pokok produksi terdiri dari:
1)      Bahan Langsung (Direct Material)
Adalah setiap bahan baku yang menjadi bagian yang tak terpisahkan dari produk jadi. Sebagai contoh, dalam membuat pakaian pria, kain merupakan bahan langsung.
2)      Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost)
Adalah upah yang diperoleh pekerja yang mengubah bahan dari keadaan mentah menjadi produk jadi. Sebagai contoh, upah yang dibayarkan kepada pekerja pabrik pakaian yang memotong kain dan menjahit hasil potongan tersebut adalah biaya tenaga kerja langsung.
3)      Overhead Pabrik
Terkadang biaya ini disebut sebagai overhead produksi (manufacturing overhead) atau  beban  pabrik (factory  burden).  Overhead  pabrik  mencakup  semua  biaya produksi selain bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Penekanannya disini adalah pada istilah biaya produksi. Sebagai contoh, upah pengendali persediaan adalah overhead pabrik. Namun, gaji seorang tugas penjualan merupakan beban pemasaran. Contoh-contoh overhead pabrik terdiri dari:
a.       Bahan tidak langsung (indirect materials), yaitu perlengkapan operasi, reparasi, dan kebersihan yang digunakan dalam pabrik. Bahan tidak langsung bisa juga termasuk jenis-jenis biaya bahan yang kecil dan tidak signifikan di mana biaya bahan itu relatif kecil dibandingkan dengan semua biaya bahan baku lainnya, seperti benang yang digunakan dalam menjahit pakaian.
b.      Biaya tenaga kerja  tidak langsung (indirect labor), yaitu pengawas pabrik dan pekerja terlatih lainnya serta tidak terlatih lainnya, seperti pesuruh, petugas reparasi, dan pengawas yang secara nyata tidak mengerjakan produk dan hasil usaha mereka tidak mudah ditelusuri ke produk jadi.
c.       Biaya lainnya diluar biaya bahan tidak langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung, seperti, biaya sewa, pajak, asuransi, penyusutan atas fasilitas pabrik dan tenaga listrik yang digunakan dalam fasilitas pabrik.
Metode Penentuan Harga Pokok Produksi
Menurut Mulyadi (2007: 18) metode penentuan harga pokok produk adalah menghitung semua unsur biaya kerja dalam harga pokok produksi. Ada dua jenis utama dalam membebankan biaya ke produk. Kedua jenis tersebut adalah:
1.      Metode penentuan Harga Pokok Pesanan (Job Order Costing)
Supriyono (1987: 217) menyebutkan metode harga pokok pesanan adalah metode pengumpulan Harga Pokok Produksi yang biayanya dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak atau jasa secara terpisah, dan setiap pesanan atau kontrak dapat dipisahkan identitasnya. Proses produksi akan dimulai setelah ada pesanan dari langganan melalui dokumen pesanan penjualan yang memuat jenis dan jumlah produk yang dipesan, spesifikasi pesanan, tanggal pesanan diterima dan harus diserahkan. Pesanan penjualan merupakan dasar kegiatan produksi perusahaan. Pada metode ini, yang menjadi obyek biaya (Cost Object) adalah unit produk individual, batch, atau kelompok produk dalam satu job.
2.      Metode penentuan Harga Pokok Proses
Supriyono (1987: 217) menyebutkan metode harga pokok proses adalah metode pengumpulan Harga Pokok Produksi yang biayanya dikumpulkan untuk setiap satuan waktu tertentu. Pada metode ini perusahaan menghasilkan produk yang homogen dan jenis produk bersifat standar. Ada dua metode yang umum di gunakan yaitu metode weighted average cost dan metode First In First Out (FIFO).
Ketidaktepatan dalam perhitungan Harga Pokok Produksi membawa dampak yang merugikan bagi perusahaan, karena Harga Pokok Produksi berfungsi sebagai dasar untuk menetapkan harga jual dan laba, sebagai alat untuk mengukur efisiensi pelaksanaan proses produksi serta sebagai dasar untuk pengambilan keputusan bagi manajemen perusahaan.
Dalam menghitung unsur-unsur biaya pada harga pokok produksi terdapat beberapa pendekatan yaitu metode full costing dan variable costing. Mulyadi (1990 : 377) menyatakan “metode full costing maupun variable costing merupakan metode penentuan harga pokok produk”.  Perbedaan pokok yang ada diantara kedua metode tersebut adalah terletak pada perlakuan terhadap biaya produksi yang berperilaku tetap.
Penentuan harga pokok adalah bagaimana memperhitungkan biaya kepada suatu produk atau pesanan atau jasa, yang dapat dilakukan dengan cara memasukan seluruh biaya produksi atau hanya memasukan unsur biaya produksi variabel saja. Mengacu pada pendapat Bastian dan Nurlela (2006), terdapat dua metode dalam penentuan biaya tersebut yaitu:
a.       Metode Full Costing
Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang menghitung semua unsur biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Harga pokok produksi menurut metode full costing terdiri dari unsur-unsur biaya produksi sebagai berikut:
Persediaan awal                                                                   xxx
Biaya bahan baku                                      xxx
Biaya tenaga kerja langsung                       xxx
Biaya overhead pabrik variabel                 xxx
Biaya overhead pabrik tetap                      xxx +
Total biaya produksi                                                           xxx
Persediaan akhir                                                                 (xxx)
Harga pokok produksi                                                        xxx
Dalam metode full costing, overhead pabrik, baik yang berperilaku tetap maupun variabel, dibebankan kepada produk yang diproduksi atas dasar tarif yang telah ditentukan pada kapasitas normal atau atas dasar overhead pabrik sesungguhnya. Oleh karena itu, overhead pabrik tetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk dalam proses dan persediaan produk jadi yang belum laku dijual dan baru dianggap sebagai biaya ( unsur harga pokok penjualan) apabila produk jadi tersebut telah terjual.
b.      Metode Variable Costing
Variabel costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya menghitung biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel. Metode variabel costing terdiri dari unsur-unsur biaya produksi sebagai berikut:
Persediaan awal                                                                      xxx
Biaya bahan baku                               xxx
Biaya tenaga kerja langsung                xxx
Biaya overhead pabrik variabel          xxx +
Total biaya produksi                                                               xxx
Persediaan akhir                                                                    (xxx)
Harga pokok produksi                                                           xxx
Dalam metode variabel, overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai period costs dan bukan sebagai unsur harga pokok produk, sehingga overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya. Dengan demikian overhead pabrik tetap didalam metode variable costing tidak melekat pada persediaan produk yang belum laku dijual, tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya.

Perhitungan Harga Pokok Produksi
Dari pembahasan jurnal Sitty R. Lasena (ISSN 2303-1174), Setiap harinya perusahaan mengolah  kurang lebih 70.000 butir kelapa yang dibeli dari pemasok dengan harga Rp 900/butir.
a)      Laporan Harga Pokok Produksi dengan metode Full Costing
Full Costing
Bahan Langsung                        Rp  18.346.680.000
Tenaga Kerja Langsung                      1.685.053.600
Overhead Pabrik Variabel                   1.588.535.000 +
Total Biaya Produksi Variabel    Rp  21.620.268.600
Overhead Pabrik tetap                            46.094.000 +
Harga Pokok Produksi               Rp  21.666.362.600
b)      Penentuan Harga Pokok Produksi dengan menggunakan Variabel Costing pada PT. Dimembe Nyiur Agripro
Variable Costing
Bahan Langsung                                Rp  18.346.680.000
Tenaga Kerja Langsung                              1.685.053.600
Overhead Pabrik Variabel                            1.588.535.000 +
Total Harga Pokok Produksi Variabel   Rp  21.620.268.600
c)    Harga Pokok Produksi yang dihitung Berdasarkan Metode Full Costing dan Variabel Costing
Keterangan
Full Costing
Variabel Costing
Biaya Bahan Langsung
Rp.18.346.680.000
Rp. 18.346.680.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung
1.685.053.600
1.685.053.600
BOP Variabel
1.588.535.000
1.588.535.000
Total HPP Variabel
Rp. 21.620.268.600
Rp. 21.620.268.600
Biaya Overhead Pabrik Tetap
46.094.000
Harga Pokok Produksi
Rp. 21.666.362.600
Sumber: Analisis Penulis
Dari data tabel di atas terdapat selisih perhitungan metode full costing sebesar Rp. 46.094.000,- dengan metode variabel costing. Pada metode full costing dihitung terkait biaya-biaya variabel maupun biaya tetap, sedangkan pada metode variabel costing hanya menggunakan biaya variabel saja.
Perhitungan Biaya Produksi
Dari hasil pembahasan jurnal Christy Oentoe (ISSN 2303-1174 ) dalam penelitiannya di Perusahaan Roti Jordan, “terdapat adanya pesanan khusus yang diterima perusahaan”. Maka penggolongan biaya atas dasar perilaku-perilaku biaya yang ada didalam perusahaan selayaknya harus digunakan. Biaya-biaya yang ada didalam perusahaan Roti Jordan terbagi atas tiga golongan besar, yaitu :
a.       Bahan Langsung
Biaya bahan langsung untuk memproduksi roti tidak begitu banyak macam dan biaya-biaya tersebut terdiri atas: tepung, gula, coklat, telur, mentega dan ragi. Berikut ini adalah harga dan pemakaian bahan baku dalam satu bulan Perusahaan Roti Jordan :
                                           
Bahan Baku
Harga
Total perbulan
Total (dalam rupiah)
Tepung
152.000/25kg
1500 sak
197.600.000
Gula
615.000/50kg
210 sak
129.150.000
Coklat
544.000/20kg
563 dos
306.272.000
Telur
30.000/30btr
500 baki
15.000.000
Mentega
185.000/15kg
300 dos
55.500.000
Ragi
1.300/bungkus
6500 bungkus
8.450.000
Total
711.972.000
b.      Biaya tenaga kerja langsung
Menurut Perusahaan Roti Jordan dalam penelitian Christy Oentoe (2013), upah langsung adalah jumlah keseluruhan upah yang dibayarkan kepada karyawan yang bekerja dibagian produksi mulai dari pengolahan bahan baku sampai menjadi barang jadi. Besarnya tarif upah ditentukan menurut kebijakan perusahaan.
Dan perusahaan mengambil kebijakan untuk memberikan upah pada karyawan Rp 50.000/hari.
Jumlah tenaga kerja = 60 orang
Status karyawan = karyawan tetap 8 orang dan kontrak 52 orang
Pada perusahaan roti Jordan terdapat 60 orang tenaga kerja, dan 45 orang diantaranya merupakan tenaga kerja langsung. Sedangkan upah untuk tenaga kerja langsung ini dihitung tiap harinya, dan upah perhari tenaga kerja langsung sebesar Rp 50.000 per orang. Untuk itu biaya tenaga upah perbulan adalah :
Upah perhari  x  jumlah hari kerja dalam sebulan
Rp 50.000 x 26 hari                     = Rp 1.300.000
Jadi, untuk biaya tenaga kerja langsung perbulannya adalah :
45 orang  x Rp 1.300.000            = Rp 58.500.000
Upah perbulan 15 orang tenaga kerja tidak langsung sebagai berikut :
Manajer                            : Rp 3.500.000
Kabag                               : Rp 2.500.000 x 5 orang        = Rp 12.500.000
Karyawan                         : Rp 50.000/hari
  Rp 50.000 x 26 hari              = Rp 1.300.000
  Rp 1.300.000 x 8 karyawan  = Rp 10.400.000
Jadi upah tenaga kerja tidak langsung selama satu bulan adalah :
Upah Manajer + Upah Kabag + Upah Karyawan
Rp 3.500.000 + Rp 12.500.000 + Rp 10.400.000           = Rp 26.400.000
c.       Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik yang ada pada Perusahaan Roti Jordan adalah biaya-biaya bahan pembantu seperti kantong pembungkus roti (paper pack), plastik pembungkus, biaya listrik, telepon, bahan bakar, air, perlengkapan pabrik, pemeliharaan pabrik.
Biaya Overhead Pabrik
Tetap
Variabel
Total
Bahan tidak langsung
2.900.700
2.900.700
Upah tenaga kerja tidak langsung
26.400.000
26.400.000
Perlengkapan pabrik
20.833.333
20.833.333
Listrik
3.763.500
3.763.500
Bahan bakar
8.104.000
8.104.000
Air
420.000
420.000
Telepon
605.000
605.000
Penyusutan/perbaikan mesin
107.083,3
107.083,3
Asuransi
2.411.500
2.411.500
Total
49.751.916
15.793.200
65.545.116
Sumber : Data Perusahaan
Jadi, Biaya overhead pabrik dalam satu bulan produksi adalah Rp  65.545.116
Perhitungan Biaya Produksi Berdasarkan Pendekatan Full Costing
Full costing merupakan metode penentuan Biaya produksi yang menghitung semua unsur biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Pada perusahaan roti Jordan, perusahaan menggunakan perhitungan biaya produksi yang terperinci. Dalam hal ini perusahaan membebankan semua unsur biaya produksi dengan berdasarkan biaya yang terjadi sesungguhnya.
Berikut ini adalah penentuan Biaya Produksi berdasarkan perhitungan metode full costing :
Perhitungan Berdasarkan Metode Full Costing
Biaya Bahan Langsung                                             Rp  711.972.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung                                  Rp    58.500.000
Biaya Overhead Pabrik Variabel                              Rp    15.793.200
Biaya Overhead Pabrik tetap                                    Rp  49.751.916
Total Biaya Produksi                                                Rp  836.017,116
Perhitungan Biaya Produksi Berdasarkan Pendekatan Variable Costing
Dalam menentukan biaya produksi yang ada dalam perusahaan Roti Jordan hanya membebankan unsur-unsur biaya produksi yang bersifat variabel saja. Adapun unsur-unsur biaya variabel itu adalah biaya bahan langsung, biaya upah langsung, dan biaya overhead variabel. Pemebebanan biaya produksi tersebut dilakukan berdasarkan biaya historis atau biaya yang sesungguhnya terjadi.
Berdasarkan teori yang ada, baiaya variabel pabrik sebaiknya dibebankan berdasarkan tarif biaya overhead yang telah ada, karena tidak mungkin mengukur biaya overhead variabel dengan tepat yang harus di bebankan terhadap suatu produk. Selain itu, dengan menggunakan tarif biaya overhead yang telah ada, maka dapat disusun standar dan anggaran biaya untuk keperluan pengawasan dan efisiensi kerja.
Pengalokasian biaya overhead menurut teori yang ada. Dari hasil analisa yang telah dilakukan maka berikut ini penulis akan membandingkan antara perhitungan biaya produksi full costing diatas dengan menggunakan metode variable costing.

Perhitungan Berdasarkan Metode Variable Costing
Biaya Bahan Langsung                                              Rp  711.972.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung                                   Rp    58.500.000
Biaya Overhead Pabrik Variabel                               Rp    15.793.200
Total Biaya Produksi Variabel                                   Rp 786.265.200
Perbandingan Biaya Produksi Berdasarkan Metode Full Costing dan Metode Variabel Costing
Keterangan
Full Costing
Variable costing
Bahan langsung
711.972.000
711.972.000
Tenaga kerja langsung
58.500.000
58.500.000
Overhead Pabrik Variabel
15.793.200
15.793.200
Overhead Pabrik Tetap
49.751.916
Total
836.017.116
786.265.200
Berdasarkan Perhitungan diatas didapatkan hasil perbandingan yang berbeda antara perhitungan berdasarkan metode full costing dengan variabel costing. Perhitungan dengan menggunakan full costing di dapatkan hasil per bulannya sebesar Rp. 836.017.116 sedangkan menggunakan perhitungan variable costing di dapatkan hasil per bulannya Rp.786.265.200 .

11 komentar:

  1. lengkap sekali penjelasannya nih bro, bagus bro artikelnya

    BalasHapus
  2. Kurva dan grafiknya ga nongol gan,,
    Anyway infonya sangat membantu sekali

    BalasHapus
  3. Sippp... Ntar dibenahin... Mohon follow dan Like ya buat update-an materinya

    BalasHapus
  4. Ini kok nggak bisa disave halamannya

    BalasHapus
  5. Terima kasih materi nya sangat lengkap 💪

    BalasHapus
  6. Maaf artikel tentang akuntansi di biaya diblog ini adalah artikel saya sepenuhnya...yang punya blog sebaiknya anda izin dulu kalo mau copas atau paling tidak mencantumkan sumbernya meskipun domain http://akuntansibiaya.web.id sudah down..

    BalasHapus
  7. Mantap gan . Lanjutkan. Bagi teman" yang ingin juga mengunjungi blog saya ini linknya
    https://akupecintaakuntansi.blogspot.com/2018/03/contoh-soal-2-biaya.html?m=1

    BalasHapus
  8. ...siiippp...boleh share kah...tq

    BalasHapus