Akuntansi Biaya
PENGERTIAN AKUNTANSI BIAYA
BIAYA MENURUT JANGKA WAKTU DAN MANFAATNYA
Atas dasar jangka waktu manfaatnya, maka biaya digolongkan menjadi :
BIAYA MENURUT HUBUNGANNYA DENGAN YANG DIBIAYAI
Biaya Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu Yang dibiayainya
Akuntansi biaya adalah suatu bidang akuntansi yang diperuntukkan bagi proses pelacakan, pencatatan, dan analisa terhadap biaya-biaya yang berhubungan dengan aktivitas suatu organisasi untuk menghasilkan barang atau jasa. Biaya didefinisikan sebagai waktu dan sumber daya yang dibutuhkan dan menurut konvensi diukur dengan satuan mata uang.
Penggunaan kata beban adalah pada saat biaya sudah habis terpakai.
Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya menurut beberapa pakar:
Menurut Schaum
Pengertian dari Akuntansi biaya: adalah suatu prosedur untuk mencatat dan melaporkan hasil pengukuran dari biaya pembuatan barang atau jasa. Fungsi utama dari Akuntansi Biaya: Melakukan akumulasi biaya untuk penilaian persediaan dan penentuan pendapatan.
Menurut Carter dan Usry
Pengertian dari Akuntansi Biaya: Penghitungan biaya dengan tujuan untuk aktivitas perencanaan dan pengendalian, perbaikkan kualitas dan efisiensi, serta pembuatan keputusan yang bersifat rutin maupun strategis.
Menurut Schaum
Pengertian dari Akuntansi biaya: adalah suatu prosedur untuk mencatat dan melaporkan hasil pengukuran dari biaya pembuatan barang atau jasa. Fungsi utama dari Akuntansi Biaya: Melakukan akumulasi biaya untuk penilaian persediaan dan penentuan pendapatan.
Menurut Carter dan Usry
Pengertian dari Akuntansi Biaya: Penghitungan biaya dengan tujuan untuk aktivitas perencanaan dan pengendalian, perbaikkan kualitas dan efisiensi, serta pembuatan keputusan yang bersifat rutin maupun strategis.
TUJUAN AKUNTANSI BIAYA
Sesuai dengan uraian pada arikel-artikel sebelumnya bahwa akuntansi
biaya merupakan bagian dari akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan,
maka tujuan secara umum adalah menyajikan informasi harga pokok
produksi (biaya produksi), sedangkan secara khusus tujuan akuntansi
biaya adalah sebagai berikut :
- Menyajikan informasi biaya untuk perhitungan harga pokok produksi.
- Menyajikan informasi biaya untuk pengendalian biaya.
- Menyajikan informasi biaya untuk membantu manajemen dalam pembuatan anggaran dan perencanaan laba.
- Menyajikan informasi biaya untuk pengambilan keputusan.
Tujuan akuntansi biaya menitikberatkan pada masalah bagaimana
menentukan harga pokok produk barang yang dibuat baik secara pesanan
maupun masal untuk menentukan harga pokok penjualan. Lihat Diagram
dibawah ini :
BIAYA MENURUT JANGKA WAKTU DAN MANFAATNYA
Atas dasar jangka waktu manfaatnya, maka biaya digolongkan menjadi :
- Pengeluaran Modal / Capital Expenditure
Yang tergolong dalam pengeluaran ini, adalah biaya-biaya yang menimbulkan manfaat dan manfaat tersebut dapat dinikmati lebih dari satu periode akuntasi (satu tahun).
Pada saat terjadi pengeluaran modal dicata sebagai harga pokok aktiva dan dibebankan daam tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara mengalokasikan sebagian harga pokok aktiva tersebut sebagai penyusutan, amortisasi, atau deflesi.
Contoh :
biaya refarasi mesin cukup besar pada saat pengeluaran dicatat sebagai tambahn harga pokok mesin. - Pengeluaran Penghasilan / Revenue Expenditure Yang tergolong dalam pengeluaran ini adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam satu periode akuntansi (satu tahun). Pada saat terjadinya pengeluaran, penghasilan tersebut dibebankan sebagai biaya dan diperhitungkan sebagai penghasilan yang diperoleh didalam periode akuntasi dimana biaya tersebut terjadi. Contoh : Biaya pemeliharaan mesin, baiya gaji bagian penjualan
- Biaya Tetap / Fixed Cost
Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tetap tidak terpengaruh oleh jumlah / volume produksi.
Contoh :
- Biaya gaji untuk direktur produks
- Biaya penyusutan mesin
- Biaya sewa dan asuransi Bila digambarkan secara grafik, maka kurva biaya tetap / fixed cost adalah sebagai berikut : - Biaya Variabel / Variable Cost
Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah tergantung jumlah produksi yang dikeluarkan.
Contoh :
- Biaya bahan baku
- Biaya tenaga kerja
- Biaya overhead pabrik Bila digambarkan secara grafik, maka kurva biaya variabel / variable cost adalah sebagai berikut :
- Biaya Semi Variable / Semi Fixed
Adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang tetap pada volume produksi tertentu, contoh biaya penelitian, biaya pemeriksaan dan pengawasan produksi
Apa
itu Variable Cost, Fixed Cost dan Semi Variable Cost ?
Variable Cost (biaya
variable) adalah besarnya biaya yang tergantung pada banyaknya produk dan jasa
yang dihasilkan. Semakin besar produk yang ingin dihasilkan, biaya tidak tetap
akan semakin tinggi dan sebaliknya. Contoh dari biaya ini adalah biaya material
produksi, biaya bahan bakar, lembur tenaga kerja dan lain sebagainya.
variable-cost-behavior
Fixed Cost (biaya
tetap) adalah pengeluaran yang jumlahnya tetap tanpa memperhatikan perubahan
kegiatan dalam tingkat yang relevan. Misalnya, sewa, asuransi dan pajak.
Biaya ini tidak
dipengaruhi oleh banyak sedikitnya produk atau jasa yang dihasilkan, nilainya
tetap dan tidak berubah.
fixed-cost-behavior
Semi Variable Cost
(biaya semi variabel) adalah varian biaya yang ikut berubah bila volume
produksi berubah akan tetapi tidak seperti biaya variable yang tidak mengalami
perubahan dalam proporsi langsung (biaya campuran). Dengan kata lain, biaya ini
berisi kedua komponen baik biaya tetap maupun variable. Contohnya adalah
penyewaan truk pengangkut, dimana sewa tetap yang dibayarkan masih harus
ditambah dengan beban variabel yang didasarkan pada jarak tempuh dan biaya
tenaga dimana pengeluaran beban terdiri atas jumlah tetap ditambah berbagai
beban berdasarkan konsumsi. Contoh yang lebih jauh lagi adalah overhead pabrik
total, yang merupakan over head tetap dan overhead variabel.
Semi-Variable-Costs-Graph
Contoh perhitungan
Variable Cost, Fixed Cost dan semi variable cost
Variable Cost
Y =bX
Dimana:
Y = Total Biaya
Variabel
X = Total Unit
Diproduksi/Dibentuk (=aktivitas)
b = Biaya Variabel Per
Unit (kadang disebut “kecenderungan/kemiringan fungsi biaya”)
Contoh Kasus:
Memakai contoh usaha
restoran cepat saji McDonald. Di bulan Januari 2013, biaya “Bahan Baku Daging
Ayam” yang timbul untuk aktivitas pembuatan ayam goreng 3,000 menu “Paket
Chicken Crispy” adalah Rp 30,000,000, dengan biaya variabel bahan baku daging
ayam per unit Rp 10,000.
Case-1. Jika untuk
bulan Februari 2013 aktivitas pembuatan “Paket Chicken Crispy” diperkirakan
akan meningkat menjadi 4000 menu dengan biaya variabel per unit yang sama,
berapa total biaya variabel “Bahan Baku Daging Ayam” yang akan timbul?
Jawaban:
Y = bX
Y = Rp 10,000 x 4000 =
Rp 40,000,000
Simpulan: Peningkatan
aktivitas pembuatan ayam goreng “Paket Chicken Crispy” 1000 menu (=4000 – 3000)
mengakibatkan peningkatan total biaya variabel sebesar Rp 10,000,000 (=
40,000,000 – 30,000,000).
Case-2. Jika di bulan
Maret 2013 aktivitas pembuatan ayam goreng paket chicken crispy turun menjadi
3500 menu dengan biaya variabel satuan yang sama, berapa total biaya variabel
yang akan timbul?
Jawaban:
Y = bX
Y = Rp 10,000 x 3500 =
Rp 35,000,000
Simpulan: Penurunan
aktivitas pembuatan ayam goreng “Paket Chicken Crispy” 500 menu (=4000 – 3500)
mengakibatkan penurunan total biaya variabel sebesar Rp 5,000,000 (= 40,000,000
– 35,000,000).
Case-3. Di awal bulan
April 2013, sebagai manager (atau pemilik) restoran anda disuguhi laporan
keuangan untuk Kwartal I 2013 (Januari s/d Maret 2013), termasuk “Rincian
Perhitungan Harga Pokok Penjualan (HPP)”. Dalam rincian perhitungan harga pokok
penjualan, anda menemukan nominal biaya bahan baku daging ayam menu paket
chicken crispy sebesar Rp 125,000,000 untuk 10,500 menu dengan biaya satuan Rp
10,000. Apakah itu wajar?
Solusi: Anda tahu bahwa
biaya bahan baku daging ayam tergolong biaya variabel. Anda juga tahu bahwa
total biaya variable bahan baku daging ayam meningkat/menurun dalam porsi yang
sama seiring dengan peningkatan dan penurunan aktivitas pembuatan ayam goreng
paket menu chicken crispy. Berdasarkan pengetahuan itu, anda akan melakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah pertama,
menguji perhitungan total biaya bahan baku daging ayam:
Y = bX
125,000,000 = Rp 10,000
x 10,500 menu
125,000,000 = Rp
105,000,000
Apakah itu wajar? Jelas
tidak. Mestinya Y sama dengan bX, kenyataannya tidak. Kemungkinan penyebabnya,
bisa jadi:
·
Salah jurnal
·
Salah dalam perhitungan
·
Ada perubahan biaya variabel satuan
Untuk itu anda perlu
membandingkan nota pembelian bahan baku daging dengan catatan, memeriksa
akurasi perhitungan, dan memeriksa apakah telah terjadi perubahan “biaya
variabel satuan” tanpa sepengetahuan anda.
Fixed Cost
Y = a
Dimana:
Y = Total biaya tetap
a = Biaya tetap
Catatan: X atau total
aktivitas tidak dihitung karena besar/kecil-nya tidak berpengaruh terhadap
besar/kecil-nya total biaya tetap.
Untuk menjalankan usaha
gerai fast food McDonald yang di mulai bulan Agustus 2012, anda membayar sewa
gedung berkapasitas 200 kursi sebesar Rp 50 juta, dengan masa sewa yang berlaku
hingga Agustus 2013. Atas pembayaran sewa tersebut diakui sebagai “Sewa Dibayar
Dimuka” sebesar Rp 50,000,000 dan setiap bulannya anda membebankan “Biaya Sewa”
sebesar Rp 4,166,667 (=50,000,000/12) sejak masa sewa dimulai hingga berakhir.
Case-1. Jika di bulan
Agustus restoran anda hanya membuat 1000 paket menu, berapa biaya sewa gedung
yang harus anda tanggung? Jawaban: Rp 4,166,667.
Case-2. Jika di bulan
September 2012 aktivitas produksi meningkat jadi 2000 paket menu, berapa biaya
sewa yang harus anda tanggung? Jawaban: Tetap Rp 4,166,667
Case-3. Jika di bulan
Desember 2012 aktivitas produksi meningkat jadi 4000 paket menu, berapa biaya
sewa yang harus anda tanggung? Jawaban: Tetap Rp 4,166,667
Simpulan: Berapapun
volume aktivitas produksi paket menu yang dilakukan, biaya sewa yang masuk
dalam kelompok “biaya tetap” (fixed cost) yang ditanggung tetap sama setiap
bulannya, yaitu Rp 4,166,667, DALAM JANGKA PENDEK.
SEMI VARIABLE COST
Y = a + bX
Dimana:
Y = Total Biaya Campuran
X = Total Unit Diproduksi/Dibentuk
(=aktivitas)
a = Porsi biaya tetap
b = Porsi biaya variabel per unit aktivitas
Contoh Kasus:
Restoran cepat saji
McDonald yang anda jalankan menggunakan satu rekening listrik untuk kebutuhan
operasional kitchen sekaligus kebutuhan kantor. Data tagihan listri dari
pertama beroperasi (Juli 2012) hingga akhir tahun (Desember 2012) adalah sbb:
·
Tagihan Agustus (penggunaan Juli) = Rp
1,000,000
·
Tagihan September (penggunaan Agustus) =
Rp 2,000,000
·
Tagihan Oktober (penggunaan September) =
Rp 3,000,000
·
Tagihan November (penggunaan Oktober) =
Rp 4,500,000
·
Tagihan Desember (penggunaan November) =
Rp 6,000,000
·
Tagihan Januari (penggunaan Desember) =
Rp 8,500,000
Melihat data di atas,
sebagai manajer atau pemilik restoran, apa respon Anda?
Pertama, anda berpikir
“apakah angka-angka itu sudah akurat?” Yang bisa anda lakukan untuk menjawab
pertanyaan ini adalah membandingkan antara catatan (journal) dengan nota
tagihan dari PLN. Sepanjang catatan sudah sama persis dengan nota tagihan PLN,
maka sudah bisa dibilang akurat.
Kedua, anda berpikir
“Okay datanya akurat, apakah tagihan sebesar itu wajar?” Yang saya tahu, sampai
saat ini, kita konsumen belum bisa mempertanyakan kewajaran angka yang tertera
di atas nota tagihan PLN (kecuali sangat ekstrim), mau tidak mau terpaksa
diasumsikan benar. Sehingga yang anda pertanyakan dalam hal ini, sesungguhnya,
apakah penggunaan listrik sebesar itu tergolong efisien? Sedang? Atau Boros?
Mengukur penggunaan
listrik tidak semudah mengukur penggunaan barang persediaan, maksimal yang bisa
anda lakukan adalah membandingkan antara volume aktivitas dimana listrik
digunakan (di kitchen dalam contoh ini) dengan besarnya tagihan yang tentunya
dihitung dengan KWH, dari bulan-ke-bulan. Untuk penyederhanaan, saya akan
membandingkan antara volume aktivitas dengan total tagihan saja. Anda sudah
punya data tagihan, data yang masih anda butuhkan tinggal volume produksi. Anda
memperoleh data sbb, misalnya:
·
Bulan Juli, total paket menu 0 (kitchen
belum beroperasi), artinya apa? Total tagihan Rp 1,000,000 adalah murni
penggunaan kantor, fixed cost.
·
Bulan Agustus, total paket menu 2000,
artinya apa? Dari total tagihan Rp 2,000,000, porsi penggunaan kantor (fixed
cost) Rp 1,000,000, sisanya yang 1,000,000 lagi adalah penggunaan kitchen
(variable cost). Dari sini anda bisa menentukan biaya variabel satuan, yaitu Rp
1,000,000/2000 = Rp 500.
·
Tagihan September, total menu 3500 menu,
artinya apa? Porsi variable cost Rp 2,000,000 (= Total semi variable cost
3,000,000 – fixed cost 1,000,000). Biaya variabel satuan = 2,000,000/3500 = Rp
571. Jika dibandingkan dengan biaya variabel satuan Agustus, jelas penggunaan
bulan September lebih boros.
Selanjutnya anda
mencari tahu, mengapa lebih boros? Apakah trend pemborosan ini terus
berlangsung di Oktober, November dan Desember atau bersifat sementara saja?
Lanjutkan analisa
hingga Desember 2012. Jika biaya variabel satuan kembali ke angka Rp 500
berarti tidak ada masalah. Jika masih boros atau justru meningkat terus berarti
ada yang tidak beres. Kemungkinannya bisa macam-macam: bisa jadi pegawai
kitchen salah menggunakan alat/mesin, bisa jadi freezer daging atau peralatan
lain mengalami kerusak sehingga boros listrik, dan lain sebagainya. Sebagai
manager inilah yang harus anda tindak lanjuti, tidak sekedar mengutak-atik
angka lalu berhenti.
BIAYA MENURUT HUBUNGANNYA DENGAN YANG DIBIAYAI
Biaya Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu Yang dibiayainya
- Biaya Produksi Langsung
Biaya produksi langsung adalah biaya yang terjadi karena adanya sesuatu yang dibiayai. Biaya ini diperhitungkan dalam harga pokok produksi, biaya ini terdiri dari :
- Biaya bahan baku langsung
Artinya semua bahan baku untuk membentuk barang jadi dan dapat langsung diperhitungkan kedalam harga pokok. Biaya ini sifatnya relatif, artinya bagi perusahaan yang satu merupakan biaya bahan baku langsung tetapi bagi perusahaan yang lain belum tentu biaya bahan baku langsung. Contoh biaya bahan baku langsung :
- Kertas pada perusahaan percetakan
- Benang pada perusahaan tekstil
- Tanah liat pada industri gerabah, dll - Biaya tenaga kerja langsung
Artinya adalah upah untuk pekerja yang secara langsung membuat produk atau jasa, dapat langsung diperhitungkan kedalam harga pokok produksi. Contoh :
- Upah tukang membuat bata
- Upah tukang cetak pada perusahaan percetakan
- Biaya bahan baku langsung
- Biaya Produksi Tak Langsung
Biaya ini merupakan biaya yang terjadi selain biaya bahan baku langsung dan upah langsung, biaya ini lazim disebut biaya overhead pabrik. Biaya produksi tak langsung dikelompokan menjadi :
- Biaya bahan baku penolong
Artinya biaya bahan baku yang diperlukan untuk memproduksi produk jadi yang nilainya relatif kecil.
Contoh :
- Benang dan lem pada perusahaan sepatu.
- Kancing baju pada perusahaan konfeksi - Biaya tenaga kerja tak langsung
Artinya upah kerja yang secara tidak langsung berhubungan dengan proses produksi.
Contoh :
- Upah mandor pabrik
- Upah penjaga gedung pabrik - Biaya produksi tak langsung lainnya
Contoh :
- Biaya penyusutan mesin
- Biaya asuransi pabrik
- Biaya perlengkapan pabrik
- Biaya servis mesin
- Biaya bahan baku penolong
HUBUNGAN AKUNTANSI KEUANGAN DAN AKUNTANSI MANAJEMEN
Sebelum menjelaskan hubungan antara akuntasi biaya, akuntansi keuangan
dan akuntasi manajemen, akan dijelaskan terlebih dahulu perbedaan
akuntasi keuangan dengan akuntansi menajamen. Perhatikan tabel dibawah
ini :
Dari tabel diatas secara garis besar akuntasi dibagi
menjadi dua yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen,
masing-masing memiliki karakteristik tersendiri dari berbagai dimensi.
Akuntansi keuangan adalah akuntansi yang bertujuan untuk menghasilkan informasi keuangan bagi pihak ekstern perusahaan, informasi yang disajikan berupa laporan neraca, rugi laba, perubahan modal, arus kas, dan catatan keuangan lainnya. Transaksi yang menjadi objek dalam akuntansi keuangan sifatnya umum menyangkut harta, utang dan modal perusahaan.
Akuntansi manajemen adalah akuntansi yang bertujuan menghasilkan informasi keuangan untuk pihak manajemen. Jenis informasi yang diperlukan pasti berbeda dengan informasi yang diperlukan pihak luar. Manajemen dalam hal ini terdiri dari top manajemen, middle manajemen dan lower manajemen. Umumnya informasi yang dihasilkan bersifat mendalam dan tidak dipublikasikan kepada pihak luar.
Selain perbedaan yang ada seperti yang disajikan pada tabel sebelumnya, antara akuntasi keuangan dan akuntansi menajemen memiliki persamaan, yaitu :
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa akuntasi biaya merupakan bagian dari akuntasi keuangan dan akuntansi manajemen karena akuntansi biaya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi pihak luar dan pihak dalam perusahaan, bukan berdiri sendiri diantara akuntansi biaya dan akuntansi manajemen. Kalau digambarkan dalam diagram venn, maka antara akuntansi biaya, akuntasi manajemen dan akuntasi keuangan, maka dapat digambarkan sebagai berikut :
No | Kriteria | Akuntansi | |
---|---|---|---|
Keuangan | Manajemen | ||
1. | Pemakai | Para manajer puncak dan pihak luar preusan | Para manajer dan berbagai jenjang organisasi di dalam perusahaan |
2. | Lingkup informasi | Perusahaan secara keseluruhan | Bagian dari perushaaan |
3. | Fokus informasi | Berorientasi ke masa lalu | Berorientasi ke masa yang akan datang |
4. | Rentang waktu | Kurang fleksibel. Biasanya mencakup jangka waktu kuartalan, semesteran, dan tahunan | Fleksibel, bervariasi, dari harian, mingguan, bulanan bahkan sampai ada yang 10 tahun sekali |
5. | Kriteria bagi informasi akuntansi | Dibatasi oleh prinsip yang umum dan diakui / lazim | Tidak ada batasan, kecuali manfaat yang dapat diperoleh oleh manajemen dari informasi dibandingkan dengan pengorbanan untuk memperoleh informasi |
6. | Disiplin ilmu | Ilmu ekonomi | Ilmu ekonomi dan psikologi sosial |
7. | Isi laporan | Laporan berupa ringkasan mengenai perusahaan sebagai satu kesatuan / keseluruhan | Laporan bersifat rinci mengenai bagian dari perusahaan |
8. | Sifat informasi | Ketepatan informasi merupakan hal yang penting | Unsur taksiran informasi adalah besar. |
Akuntansi keuangan adalah akuntansi yang bertujuan untuk menghasilkan informasi keuangan bagi pihak ekstern perusahaan, informasi yang disajikan berupa laporan neraca, rugi laba, perubahan modal, arus kas, dan catatan keuangan lainnya. Transaksi yang menjadi objek dalam akuntansi keuangan sifatnya umum menyangkut harta, utang dan modal perusahaan.
Akuntansi manajemen adalah akuntansi yang bertujuan menghasilkan informasi keuangan untuk pihak manajemen. Jenis informasi yang diperlukan pasti berbeda dengan informasi yang diperlukan pihak luar. Manajemen dalam hal ini terdiri dari top manajemen, middle manajemen dan lower manajemen. Umumnya informasi yang dihasilkan bersifat mendalam dan tidak dipublikasikan kepada pihak luar.
Selain perbedaan yang ada seperti yang disajikan pada tabel sebelumnya, antara akuntasi keuangan dan akuntansi menajemen memiliki persamaan, yaitu :
- Baik akuntansi keuangan maupun akuntansi manejemen merupakan pengolah informasi yang menghasilkan informasi keuangan.
- Akuntansi keuangan dan akuntansi menajemen juga berfungsi sebagai penyedia informasi keuangan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa akuntasi biaya merupakan bagian dari akuntasi keuangan dan akuntansi manajemen karena akuntansi biaya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi pihak luar dan pihak dalam perusahaan, bukan berdiri sendiri diantara akuntansi biaya dan akuntansi manajemen. Kalau digambarkan dalam diagram venn, maka antara akuntansi biaya, akuntasi manajemen dan akuntasi keuangan, maka dapat digambarkan sebagai berikut :
DEFINISI, PROSES PEMBEBANAN DAN PERILAKU BIAYA
Pembebanan biaya
Pembebanan biaya atas produk, jasa, pelanggang, dan obyek lain yang merupakan kepentingan manajemen, adalah salah satu tujuan dari sistem informasi manajemen. Oleh karena itu keakuratan pembebanan biaya menghasilkan informasi yang lebih bermutu tinggi, yang kemudian dapat digunakan untuk membuat keputusan yang lebih baik.
Biaya
Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau masa yang akan datang bagi organisasi. Ekuivalen kas artinya sumber nonkas dapat ditukar dengan barang atau jasa yang diinginkan.
Dalam usaha menghasilkan manfaat saat ini dan masa yang akan datang, manajer harus melakukan berbagai usaha untuk meminimumkan biaya yang dibutuhkan dalam mencapai manfaat tersebut. Mengurangi biaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan berarti perusahaan menjadi lebih efisien. Akan tetapi, biaya tidak hanya harus ditekan, tetapi harus dikelola secara strategis.
Biaya dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat di masa yang akan datang. Manfaat (bagi perusahaan yang berorientasi laba / profit oriented) berarti pendapatan. Jika biaya telah dihabiskan dalam proses menghasilkan pendapatan, maka biaya tersebut dinyatakan kadaluarsa (expire). Biaya yang sudah kadaluwarsa disebut beban (expense). Di setiap periode, beban akan dikurangkan dari pendapatan dalam laporan laba rugi, untuk menentukan laba periode tersebut. Sedangkan biaya yang belum kadaluwarsa disebut sebagai cost, yang akan dilaporkan dalam laporan neraca.
Obyek Biaya
Sistem akuntansi manajemen dibuat untuk mengukur dan membebankan biaya kepada entitas, yang disebut obyek biaya. Obyek biaya dapat berupa apapun, seperti produk, pelanggan, departemen, proyek, aktivitas, dan sebagainya, yang diukur biayanya dan dibebankan.
Dalam akuntansi manajemen maju, Aktivitas muncul sebagai obyek biaya yang penting. Aktivitas adalah orang-orang dan/atau peralatan yang melakukan kerja bagi orang lain. Oleh karena itu aktivitas adalah unit dasar kerja yang dilakukan dalam sebuah organisasi, dan dapat juga digambarkan sebagai pengumpulan tindakan dalam suatu organisasi yang berguna bagi para manajer untuk melakukan perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan. Aktivitas tidak hanya bertindak sebagai obyek biaya, tapi juga memiliki peran utama dalam pembebanan biaya untuk obyek biaya lainnya.
Keakuratan Pembebanan
Pembebanan biaya secara akurat ke obyek biaya sangatlah penting. Keakuratan adalah suatu konsep relatif, dan harus dilakukan dengan wajar serta logis terhadap penggunaan metode pembebanan biaya. Pembebanan biaya yang terdistorsi dapat menghasilkan keputusan yang salah dan evaluasi yang buruk.
Ketertelusuran (traceability)
Untuk membantu meningkatkan keakuratan pembebanan biaya, maka hubungan antara biaya dan obyek biaya harus digali. Biaya dapat secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan obyek biaya. Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah biaya yang tidak mudah dan akurat dilacak sebagai obyek biaya. Biaya langsung (direct cost) adalah biaya yang dengan mudah dan akurat ditelusur sebagai obyek biaya. “Ditelusur dengan mudah” memiliki arti bahwa biaya dapat dibebankan dengan layak secara ekonomi, “dilacak dengan
akurat” memiliki arti bahwa bia ya dapat dibebankan dengan menggunakan hubungan sebab akibat. Jadi ketertelusuran adalah kemampuan untuk membebankan biaya ke obyek biaya dengan cara yang layak secara ekonomi berdasarkan hubungan sebab akibat.
Metode Penelusuran
Penelusuran adalah pembebanan aktual biaya ke obyek biaya, dengan menggunakan ukuran yang dapat diamati atas sumber daya yang dikonsumsi oleh obyek biaya. Penelusuran biaya ke obyek biaya dapat terjadi melalui salah satu dari dua cara berikut ini: (1) penelusuran langsung, atau (2) penelusuran penggerak. Penelusuran langsung adalah suatu proses pengidentifikasian dan pembebanan biaya yang berkaitan secara khusus dan fisik dengan suatu obyek.
Penelusuran penggerak adalah penggunaan penggerak untuk membebani biaya ke obyek biaya. Penggerak adalah faktor penyebab yang dapat diamati dan yang mengukur konsumsi sumber daya obyek biaya. Oleh karena itu, penggerak adalah faktor yang menyebabkan perubahan dalam penggunaan sumber daya, dan memiliki hubungan sebab akibat dengan biaya yang berhubungan dengan obyek biaya.
Membebankan Biaya Tidak Langsung
Biaya tidak langsung adalah biaya-biaya yang tidak dapat dibebankan ke obyekobyek biaya, baik dengan menggunakan penelusuran langsung atau penggerak. Hal ini berarti bahwa tidak ada hubungan sebab akibat antara biaya dan obyek biaya, atau penelusuran tidak layak dilakukan secara ekonomis. Pembebanan biaya tidak langsung ke obyek biaya disebut alokasi. Oleh karena tidak terdapat hubungan sebab akibat, pengalokasian biaya tidak langsung didasarkan pada kemudahan atau beberapa asumsi yang berhubungan.
Metode Pembebanan Biaya
====>>Biaya Sumber Daya
=Penelusuran Langsung
=Penelusuran Penggerak
=Alokasi
=Pengamatan Fisik
=Hubungan Sebab Akibat
=Asumsi Hubungan
Semua nya ke ====> Obyek Biaya
Biaya Produk dan Jasa
Dua jenis keluaran (output) organisasi, yaitu: produk berwujud dan jasa. Jasa berbeda dengan produk berwujud dalam empat dimensi penting, yaitu: ketidakberwujudan (intangibility), tidak tahan lama (perishability), tidak dapat dipisahkan (inseparabaility), dan heterogenitas (heterogenity). Sedangkan organisasi yang membuat produk berwujud disebut organisasi manufaktur, dan organisasi yang memproduksi produk tidak berwujud disebut orgsanisasi jasa.
Manajer organisasi manufaktur maupun organisasi jasa perlu mengetahui besar biaya setiap produk. Biaya produk yang akurat adalah penting untuk analisis tingkat laba dan untuk keputusan strategi yang berkenaan dengan perancangan produk, penetapan harga, serta bauran produk.
Arti dari biaya produk tergantung pada tujuan manajerial yang sedang berusaha dicapai. Ini sesuai dengan istilah: “Biaya yang berbeda untuk tujuan yang berbeda (different cost for different purpose). Contoh 1: Pihak manajemen tertarik dengan analisis tingkat laba strategis. Untuk mendukung tujuan ini, manajemen memerlukan informasi tentang semua pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan suatu produk. Pada kasus ini, rantai nilai biaya produk telah sesuai, karena memperhitungkan semua biaya yang diperlukan untuk
menilai tingkat laba strategis. Rantai nilai perusahaan adalah seperangkat aktivitas yang dibutuhkan untuk merancang, mengembangkan, memproduksi, memasarkan, mendistribusikan, dan melayani produk. Contoh 2: Tujuan manajerial adalah jangka pendek atau analisis tingkat biaya taktis. Pada kasus ini, biaya perancangan dan pengembangan mungkin tidak relevan, khususnya untuk produk yang telah ada. Contoh 3: Tujuan manajerial adalah penyusunan laporan keuangan eksternal. Dalam kasus ini biaya produk tradisional diperlukan. Peraturan dan ketentuan yang mengatur laporan keuangan eksternal menyatakan bahwa hanya harga pokok produksi yang dapat digunakan dalam perhitungan biaya produk.
Biaya Produk dan Pelaporan Keuangan Eksternal
Salah satu tujuan utama sistem manajemen biaya adalah perhitungan biaya produk untuk pelaporan keuangan eksternal. Untuk tujuan perhitungsan biaya produk, kesepakatan yang berlaku secara eksternal menyatakan bahwa biaya dapat diklasifikasikan menurut tujuan khusus atau fungsi-fungsi, yang hendak mereka capai. Biaya dikelompokkan ke dalam dua kategori fungsional utama: produksi dan nonproduksi.
Biaya produksi adalah biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan penyediaan jasa. Biaya nonproduksi adalah biaya yang berkaitan dengan fungsi perancangan, pengembangan, pemasaran, distribusi, layanan pelanggan, dan administrasi umum. Biaya pemasaran, distribusi, dan layanan pelanggang biasa ditempatkan dalam satu kategori yaitu biaya penjualan. Biaya perancangan, pengembangan, dan administrasi umum ditempatkan dalam kategori biaya administrasi.
Biaya produksi (biaya manufaktur) dapat diklasifikasikan lebih lanjut sebagai biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead. Hanya tiga unsur biaya ini yang dapat dibebankan ke produk dalam pelaporan eksternal.
Biaya produksi seringkali dibedakan menjadi dua yaitu biaya utama dan biaya konversi. Biaya utama (prime cost) adalah jumlah biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. Biaya konversi adalah jumlah biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead. Pada perusahaan manufaktur, biaya konversi dapat diinterpretasikan sebagai biaya mengubah bahan baku menjadi produk akhir.
Perilaku Biaya
Perilaku biaya adalah istilah umum untuk menggambarkan apakah biaya berubah seiring dengan perubahan output. Kemungkinan yang paling sederhana mengenai reaksi biaya terhadap perubahan output adalah biaya tetap, biaya variabel dan biaya campuran.
Biaya tetap adalah suatu biaya yang dalam jumlah total tetap konstan dalam rentang yang relevan ketika output aktivitas berubah. Biaya variabel adalah biaya yang dalam jumlah total bervariasi secara proporsional terhadap perubahan output. Biaya campuran adalah biaya yang memiliki komponen tetap dan variabel.
Mengklasifikasikan Biaya Sesuai dengan Perilaku
Dalam menilai perilaku biaya, pertama-tama harus dipertimbangkan batasan waktu, kemudian harus diidentifikasikan sumber-sumber daya yang dibutuhkan dan output aktivitas.
Terakhir harus diukur input dan output, dan ditentukan pengaruh perubahan output pada biaya aktivitas.
Batasan waktu, menentukan apakah suatu biaya merupakan biaya tetap atau variabelbergantung pada batasan waktu. Menurut ilmu ekonomi, dalam jangka panjang, semua biasya adalah variabel; dalam jangka pendek, paling tidak satu biaya adalah tetap.
Metode-metode untuk Memisahkan Biaya Campuran ke dalam Komponenkomponen
Tetap dan Variabel.
Ada tiga metode yang digunakan secara luas untuk memisahkan biaya campuran menjadi komponen tetap dan variabel, yaitu: metode tinggi rendah, metode scatterplot, dan metode kuadrat terkecil. Masing-masing metode menggunakan asumsi hubungan biaya linear.
Pembebanan biaya
Pembebanan biaya atas produk, jasa, pelanggang, dan obyek lain yang merupakan kepentingan manajemen, adalah salah satu tujuan dari sistem informasi manajemen. Oleh karena itu keakuratan pembebanan biaya menghasilkan informasi yang lebih bermutu tinggi, yang kemudian dapat digunakan untuk membuat keputusan yang lebih baik.
Biaya
Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau masa yang akan datang bagi organisasi. Ekuivalen kas artinya sumber nonkas dapat ditukar dengan barang atau jasa yang diinginkan.
Dalam usaha menghasilkan manfaat saat ini dan masa yang akan datang, manajer harus melakukan berbagai usaha untuk meminimumkan biaya yang dibutuhkan dalam mencapai manfaat tersebut. Mengurangi biaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan berarti perusahaan menjadi lebih efisien. Akan tetapi, biaya tidak hanya harus ditekan, tetapi harus dikelola secara strategis.
Biaya dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat di masa yang akan datang. Manfaat (bagi perusahaan yang berorientasi laba / profit oriented) berarti pendapatan. Jika biaya telah dihabiskan dalam proses menghasilkan pendapatan, maka biaya tersebut dinyatakan kadaluarsa (expire). Biaya yang sudah kadaluwarsa disebut beban (expense). Di setiap periode, beban akan dikurangkan dari pendapatan dalam laporan laba rugi, untuk menentukan laba periode tersebut. Sedangkan biaya yang belum kadaluwarsa disebut sebagai cost, yang akan dilaporkan dalam laporan neraca.
Obyek Biaya
Sistem akuntansi manajemen dibuat untuk mengukur dan membebankan biaya kepada entitas, yang disebut obyek biaya. Obyek biaya dapat berupa apapun, seperti produk, pelanggan, departemen, proyek, aktivitas, dan sebagainya, yang diukur biayanya dan dibebankan.
Dalam akuntansi manajemen maju, Aktivitas muncul sebagai obyek biaya yang penting. Aktivitas adalah orang-orang dan/atau peralatan yang melakukan kerja bagi orang lain. Oleh karena itu aktivitas adalah unit dasar kerja yang dilakukan dalam sebuah organisasi, dan dapat juga digambarkan sebagai pengumpulan tindakan dalam suatu organisasi yang berguna bagi para manajer untuk melakukan perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan. Aktivitas tidak hanya bertindak sebagai obyek biaya, tapi juga memiliki peran utama dalam pembebanan biaya untuk obyek biaya lainnya.
Keakuratan Pembebanan
Pembebanan biaya secara akurat ke obyek biaya sangatlah penting. Keakuratan adalah suatu konsep relatif, dan harus dilakukan dengan wajar serta logis terhadap penggunaan metode pembebanan biaya. Pembebanan biaya yang terdistorsi dapat menghasilkan keputusan yang salah dan evaluasi yang buruk.
Ketertelusuran (traceability)
Untuk membantu meningkatkan keakuratan pembebanan biaya, maka hubungan antara biaya dan obyek biaya harus digali. Biaya dapat secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan obyek biaya. Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah biaya yang tidak mudah dan akurat dilacak sebagai obyek biaya. Biaya langsung (direct cost) adalah biaya yang dengan mudah dan akurat ditelusur sebagai obyek biaya. “Ditelusur dengan mudah” memiliki arti bahwa biaya dapat dibebankan dengan layak secara ekonomi, “dilacak dengan
akurat” memiliki arti bahwa bia ya dapat dibebankan dengan menggunakan hubungan sebab akibat. Jadi ketertelusuran adalah kemampuan untuk membebankan biaya ke obyek biaya dengan cara yang layak secara ekonomi berdasarkan hubungan sebab akibat.
Metode Penelusuran
Penelusuran adalah pembebanan aktual biaya ke obyek biaya, dengan menggunakan ukuran yang dapat diamati atas sumber daya yang dikonsumsi oleh obyek biaya. Penelusuran biaya ke obyek biaya dapat terjadi melalui salah satu dari dua cara berikut ini: (1) penelusuran langsung, atau (2) penelusuran penggerak. Penelusuran langsung adalah suatu proses pengidentifikasian dan pembebanan biaya yang berkaitan secara khusus dan fisik dengan suatu obyek.
Penelusuran penggerak adalah penggunaan penggerak untuk membebani biaya ke obyek biaya. Penggerak adalah faktor penyebab yang dapat diamati dan yang mengukur konsumsi sumber daya obyek biaya. Oleh karena itu, penggerak adalah faktor yang menyebabkan perubahan dalam penggunaan sumber daya, dan memiliki hubungan sebab akibat dengan biaya yang berhubungan dengan obyek biaya.
Membebankan Biaya Tidak Langsung
Biaya tidak langsung adalah biaya-biaya yang tidak dapat dibebankan ke obyekobyek biaya, baik dengan menggunakan penelusuran langsung atau penggerak. Hal ini berarti bahwa tidak ada hubungan sebab akibat antara biaya dan obyek biaya, atau penelusuran tidak layak dilakukan secara ekonomis. Pembebanan biaya tidak langsung ke obyek biaya disebut alokasi. Oleh karena tidak terdapat hubungan sebab akibat, pengalokasian biaya tidak langsung didasarkan pada kemudahan atau beberapa asumsi yang berhubungan.
Metode Pembebanan Biaya
====>>Biaya Sumber Daya
=Penelusuran Langsung
=Penelusuran Penggerak
=Alokasi
=Pengamatan Fisik
=Hubungan Sebab Akibat
=Asumsi Hubungan
Semua nya ke ====> Obyek Biaya
Biaya Produk dan Jasa
Dua jenis keluaran (output) organisasi, yaitu: produk berwujud dan jasa. Jasa berbeda dengan produk berwujud dalam empat dimensi penting, yaitu: ketidakberwujudan (intangibility), tidak tahan lama (perishability), tidak dapat dipisahkan (inseparabaility), dan heterogenitas (heterogenity). Sedangkan organisasi yang membuat produk berwujud disebut organisasi manufaktur, dan organisasi yang memproduksi produk tidak berwujud disebut orgsanisasi jasa.
Manajer organisasi manufaktur maupun organisasi jasa perlu mengetahui besar biaya setiap produk. Biaya produk yang akurat adalah penting untuk analisis tingkat laba dan untuk keputusan strategi yang berkenaan dengan perancangan produk, penetapan harga, serta bauran produk.
Arti dari biaya produk tergantung pada tujuan manajerial yang sedang berusaha dicapai. Ini sesuai dengan istilah: “Biaya yang berbeda untuk tujuan yang berbeda (different cost for different purpose). Contoh 1: Pihak manajemen tertarik dengan analisis tingkat laba strategis. Untuk mendukung tujuan ini, manajemen memerlukan informasi tentang semua pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan suatu produk. Pada kasus ini, rantai nilai biaya produk telah sesuai, karena memperhitungkan semua biaya yang diperlukan untuk
menilai tingkat laba strategis. Rantai nilai perusahaan adalah seperangkat aktivitas yang dibutuhkan untuk merancang, mengembangkan, memproduksi, memasarkan, mendistribusikan, dan melayani produk. Contoh 2: Tujuan manajerial adalah jangka pendek atau analisis tingkat biaya taktis. Pada kasus ini, biaya perancangan dan pengembangan mungkin tidak relevan, khususnya untuk produk yang telah ada. Contoh 3: Tujuan manajerial adalah penyusunan laporan keuangan eksternal. Dalam kasus ini biaya produk tradisional diperlukan. Peraturan dan ketentuan yang mengatur laporan keuangan eksternal menyatakan bahwa hanya harga pokok produksi yang dapat digunakan dalam perhitungan biaya produk.
Biaya Produk dan Pelaporan Keuangan Eksternal
Salah satu tujuan utama sistem manajemen biaya adalah perhitungan biaya produk untuk pelaporan keuangan eksternal. Untuk tujuan perhitungsan biaya produk, kesepakatan yang berlaku secara eksternal menyatakan bahwa biaya dapat diklasifikasikan menurut tujuan khusus atau fungsi-fungsi, yang hendak mereka capai. Biaya dikelompokkan ke dalam dua kategori fungsional utama: produksi dan nonproduksi.
Biaya produksi adalah biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan penyediaan jasa. Biaya nonproduksi adalah biaya yang berkaitan dengan fungsi perancangan, pengembangan, pemasaran, distribusi, layanan pelanggan, dan administrasi umum. Biaya pemasaran, distribusi, dan layanan pelanggang biasa ditempatkan dalam satu kategori yaitu biaya penjualan. Biaya perancangan, pengembangan, dan administrasi umum ditempatkan dalam kategori biaya administrasi.
Biaya produksi (biaya manufaktur) dapat diklasifikasikan lebih lanjut sebagai biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead. Hanya tiga unsur biaya ini yang dapat dibebankan ke produk dalam pelaporan eksternal.
Biaya produksi seringkali dibedakan menjadi dua yaitu biaya utama dan biaya konversi. Biaya utama (prime cost) adalah jumlah biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. Biaya konversi adalah jumlah biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead. Pada perusahaan manufaktur, biaya konversi dapat diinterpretasikan sebagai biaya mengubah bahan baku menjadi produk akhir.
Perilaku Biaya
Perilaku biaya adalah istilah umum untuk menggambarkan apakah biaya berubah seiring dengan perubahan output. Kemungkinan yang paling sederhana mengenai reaksi biaya terhadap perubahan output adalah biaya tetap, biaya variabel dan biaya campuran.
Biaya tetap adalah suatu biaya yang dalam jumlah total tetap konstan dalam rentang yang relevan ketika output aktivitas berubah. Biaya variabel adalah biaya yang dalam jumlah total bervariasi secara proporsional terhadap perubahan output. Biaya campuran adalah biaya yang memiliki komponen tetap dan variabel.
Mengklasifikasikan Biaya Sesuai dengan Perilaku
Dalam menilai perilaku biaya, pertama-tama harus dipertimbangkan batasan waktu, kemudian harus diidentifikasikan sumber-sumber daya yang dibutuhkan dan output aktivitas.
Terakhir harus diukur input dan output, dan ditentukan pengaruh perubahan output pada biaya aktivitas.
Batasan waktu, menentukan apakah suatu biaya merupakan biaya tetap atau variabelbergantung pada batasan waktu. Menurut ilmu ekonomi, dalam jangka panjang, semua biasya adalah variabel; dalam jangka pendek, paling tidak satu biaya adalah tetap.
Metode-metode untuk Memisahkan Biaya Campuran ke dalam Komponenkomponen
Tetap dan Variabel.
Ada tiga metode yang digunakan secara luas untuk memisahkan biaya campuran menjadi komponen tetap dan variabel, yaitu: metode tinggi rendah, metode scatterplot, dan metode kuadrat terkecil. Masing-masing metode menggunakan asumsi hubungan biaya linear.
METODE PENGUMPULAN BIAYA
Metode pengumpulan biaya ditentukan oleh cara berproduksi, pada dasarnya cara berproduksi dibagi dua yaitu atas dasar pesanan dan masal.
Metode pengumpulan biaya ditentukan oleh cara berproduksi, pada dasarnya cara berproduksi dibagi dua yaitu atas dasar pesanan dan masal.
- Produksi atas dasar pesanan Pada perusahaan yang berproduksi secara
pesanan, cara pengumpulan biaya produksinya menggunakan metode harga
pokok pesanan (Job Order Cost). Biaya produksi dikumpulkan untuk tiap
jenis pesanan dan harga poko per satuan dihitung sebagai berikut :
Harga pokok persatuan = Jumlah biaya produksi tiap pesanan Jumlah produk yang dipesan
Untuk mengerjakan seratus pesanan pakaian olah raga diperlukan biaya sebagai berikut :
Bahan bahan baku Rp 500.000 Bahan penolong Rp 75.000 Tenaga kerja langsung Rp 600.000 Biaya overhead pabrik Rp 125.000 Jumlah biaya produksi Rp 1.300.000
= Rp 1.500.000/100 = Rp 13.000 per stel - Produksi atas dasar produksi massa Perusahaan yang ini berproduksi
terus menerus selama ada permintaan pasar,artinya ada pesanan atau
tidak selama barang yang mereka produksi maka akan terus diproduksi.
Perusahaan yang berproduksi secara massa di dalam mengumpulkan biaya produksi menggunakan harga pokok proses (process cost method). Dalam metode ini biaya produksi dikumpulkan selama periode tertentu, sedangkan harga pokok per satuan produk yang dihasilkan pada periode tertentu dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Harga pokok persatuan = Jumlah biaya produksi selama periode tertentu Jumlah produk yang dihasilkan selama periode tertentu
Perusahan industri yang memproduksi shampo selama bulan janari 2003 telah mengeluarkan biaya produksi sebagai berikut :
Bahan bahan baku Rp 1.900.000 Bahan penolong Rp 1.000.000 Tenaga kerja langsung Rp 2.500.000 Biaya overhead pabrik Rp 600.000 Jumlah biaya produksi Rp 6.000.000
Rp 6.000.000 / 10.000 = Rp 600.000
Definisi Biaya
Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang di ukur dalam satuan uang,
yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.
Pemahaman mengenai biaya penting sekali karena penerapan biaya yang tepat dapat
digunakan untuk membantu proses perencanaan, pengendalian, dan pembuatan
keputusan ekonomi. Terdapat berbagai macam pengertian atau definisi biaya, yang
masing masing berbeda. Karena itu, tidak jarang terjadi perbedaan pengertian
definisi dan menyadari sepenuhnya betapa penting arti biaya tersebut dalam
menjalankan tujuan sehari-hari. Ketidaktepatan atau kesalahtafsiran biaya, bisa
berakibat pembuatan keputusan yang kurang tepat.
Menurut Mulyadi (2007: 24) definisi biaya dibagi atas dua yaitu
biaya dalam arti luas dan biaya dalam arti sempit. Dalam arti luas biaya
adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah
terjadi dan kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Sedangkan
dalam arti sempit, biaya diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi
untuk memperoleh aktiva.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya adalah
pengorbanan sumber daya ekonomi untuk
mencapai tujuan tertentu yang dapat memberikan manfaat bagi
perusahaan baik saat ini maupun di masa yang akan datang.
Penggolongan Biaya
Dalam akuntansi biaya, biaya dapat dikelompokan dalam berbagai macam
cara. Umumnya klasifikasi biaya ini
ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan tersebut. Penggolongan biaya
dapat dilakukan berdasarkan:
a) Biaya Berdasarkan Objek Pengeluaran
Dalam cara ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya.
Contoh : Biaya yang dikeluarkan untuk bahan bakar disebut dengan biaya
bahan bakar.
b) Biaya Berdasarkan Fungsi Pokok dalam
Perusahaan
Ø Biaya Produksi
Biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap
untuk dijual.
Ø Biaya Pemasaran
Biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk.
Ø Biaya Administrasi dan Umum
Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan
pemasaran produk.
c) Biaya Berdasarkan Hubungan Biaya
dengan suatu yang dibiayai
Ø Biaya Langsung
Biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu
yang dibiayai. Biaya langsung ini akan lebih mudah diidentifikasi dengan
sesuatu yang dibiayai.
Ø Biaya Tidak Langsung
Biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya
tidak langsung tidak mudah diidentifikasi dengan produk tertentu.
d) Biaya berdasarkan perilaku biaya dalam
hubungannya dengan Perubahan Volume Kegiatan
Ø Biaya Variabel
Biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume
kegiatan.
Ø Biaya Semi Variabel
Biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
Ø Biaya Semifixed
Biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan
jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.
Ø Biaya Tetap
Biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran volume kegiatan tertentu.
e) Biaya Berdasarkan Jangka Waktu
Manfaatnya
Ø Pengeluaran Modal (capital
Expenditure)
Biaya yang mempunyai manfaat lebih dari suatu periode akuntansi.
Ø Pengeluaran Pendapatan
(Revenue Expenditure)
Biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya
pengeluaran tersebut.
Biaya Produksi
Mulyadi (2010 : 16) menyatakan bahwa biaya produksi merupakan biaya-biaya
yang dikeluarkan dalam pengelolahan bahan baku menjadi produk. Biaya produksi
membentuk kos produksi, yang digunakan untuk menghitung cost produk jadi dan
cost produk yang pada akhir periode akuntansi masih dalam proses. Pengumpulan
cost produksi sangat ditentukan oleh cara produksi. Secara garis besar, cara
memproduksi produk dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu : produksi atas dasar
pesanan dan produksi massa atau proses. Perusahaan yang berproduksi berdasarkan
pesanan melaksanakan pengelolahan produknya atas dasar pesanan yang diterima
dari pihak luar. Contoh perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan antara
lain adalah perusahaan percetakan, perusahaan mebel, perusahaan dok kapal.
Perusahaan yang berproduksi berdasarkan produk massa melaksanakan pengolahan
produksinya untuk memenuhi persediaan digudang. Umumnya produknya berupa produk
standar. Contoh perusahaan yang berproduksi massa antara lain adalah perusahaan
semen, pupuk, makanan ternak, bumbu masakan, makanan ringan dan tekstil.
Perusahaan yang berproduksi berdasar pesanan, mengumpulkan cost produksinya
dengan menggunakan metode cost pesanan (job order cost method). Dalam metode
ini biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan cost produksi
per satuan produk yang dihasilkan untuk memenuhi pesanan tersebut dihitung
dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah
satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan. Metode penentuan cost produksi
adalah memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam cost produksi. Dalam memperhitungkan
unsur-unsur biaya ke dalam cost produksi, terdapat dua pendekatan yaitu full
costing dan variable costing.
Mulyadi (2010 : 24) menyatakan bahwa penentuan cost produksi dipengaruhi
oleh pendekatan yang digunakan untuk menentukan unsur-unsur biaya produksi yang
diperhitungkan dalam cost produksi. Dalam metode full costing biaya produksi
yang diperhitungkan dalam penentuan cost produksi adalah biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik, baik yang berprilaku
tetap maupun yang berprilaku variabel. Dalam metode variable costing, biaya
produksi yang diperhitungkan dalam penentuan kos produksi adalah hanya terdiri
dari biaya produksi variabel, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung dan overhead pabrik variabel.
Harga Pokok
Produksi
Pengertian Harga Pokok
Produksi
Harga pokok produksi meliputi keseluruhan bahan langsung, tenaga kerja
langsung, dan overhead pabrik yang dikeluarkan untuk memproduksi barang atau
jasa. Harga pokok produksi terdiri atas tiga komponen utama, yaitu :
1. Bahan baku langsung yang meliputi :
biaya pembelian bahan, potongan pembelian, biaya angkut pembelian, biaya
penyimpanan, dan lain-lain.
2. Tenaga kerja langsung yang meliputi
semua biaya upah karyawan yang terlibat secara langsung dalam proses pembuatan
bahan baku menjadi barang jadi atau barang yang siap dijual.
3. Biaya overhead pabrik meliputi semua
biaya-biaya diluar dari biaya perolehan biaya bahan baku langsung dan upah
langsung.
Mulyadi (2010:17) menyatakan bahwa metode penentuan harga pokok produksi
adalah cara perhitungan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi. Dalam
memperhitungkan unur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi terdapat dua
pendekatan yaitu full costing dan variabel costing. Full costing merupakan
metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya
produksi ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang yang
berperilaku variabel maupun tetap, dengan demikian harga pokok produksi menurut
full costing terdiri dari unsur biaya produksi.
Mulyadi ( 2010 : 18 ) menyatakan bahwa variabel costing adalah merupakan
metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi
yang berperilaku varaibel ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel.
Harga pokok produksi berfungsi sebagai dasar dalam menentukan harga jual. Untuk
menetapkan harga jual, penting bagi perusahaan untuk mengetahui besarnya biaya
yang dibutuhkan untuk memproduksi barang yang akan dijual. Biaya tersebut
sering disebut sebagai harga pokok produksi.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa harga pokok produksi merupakan
biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu barang atau jasa. Harga pokok
memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Harga pokok sebagai penetapan harga
jual.
Harga pokok merupakan hal penting yang perlu diketahui oleh perusahaan
karena harga pokok dapat memberikan pengaruh terhadap penentuan harga jual
produk tertentu.
2. Harga pokok sebagai dasar penetapan
laba.
Apabila perusahaan telah membuat perhitungan harga pokok maka perusahaan
dapat menetapkan laba yang diharapkan yang akan mempengaruhi tingkat harga jual
suatu produk tertentu.
3. Harga pokok sebagai dasar penilaian
efisiensi.
Harga pokok dapat dijadikan dasar untuk mengontrol pemakaian bahan, upah
dan biaya produksi tidak langsung. Hal ini dapat dilakukan dengan menetapkan
harga pokok standar terlebih dahulu dan kemudian membandingkan dengan harga
pokok yang aktual atau yang sebenarnya terjadi. Apakah terdapat selisih antara
perhitungan kedua harga pokok tersebut, apabila ada selisih negatif berarti
proses produksi yang dilaksanakan belum efisien dan perusahaan perlu
menngetahui penyebab terjadinya selisih
tersebut, sehingga dapat diambil tindakan koreksi untuk memperbaiki kesalahan
tersebut sedangkan bila ada selisih positif maka perlu ditelusuri terlebih
lanjut atas selisih tersebut apakah karena perusahaan telah menjalankan proses
produksi secara efisien atau perhitungan harga pokok standar yang
kurang tepat.
4. Harga pokok sebagai dasar pengambilan
berbagai keputusan manajemen. Harga pokok merupakan suatu pedoman penting
sekaligus sebagai suatu dasar untuk pengambilan keputusan khusus perusahaan,
misalnya:
a. Menetapkan perubahan harga
penjualan.
b. Menetapkan penyesuaian proses
produksi.
c. Menetapkan strategi persaingan
di pasaran luas.
d. Merencanakan ekspansi perusahaan.
e. Pengambilan keputusan-keputusan khusus manajemen, seperti apakah akan
membeli atau membuat sendiri suatu suku cadang, apakah menerima suatu pesanan
khusus dengan harga khusus atau tidak.
Unsur-Unsur Harga Pokok
Produksi
Menurut beberapa ahli terdapat 3(tiga) unsur-unsur harga pokok produksi.
Mengacu pada pendapat Rayburn (1999), unsur-unsur harga pokok produksi terdiri
dari:
1) Bahan Langsung (Direct Material)
Adalah setiap bahan baku yang menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
produk jadi. Sebagai contoh, dalam membuat pakaian pria, kain merupakan bahan
langsung.
2) Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct
Labor Cost)
Adalah upah yang diperoleh pekerja yang mengubah bahan dari keadaan mentah
menjadi produk jadi. Sebagai contoh, upah yang dibayarkan kepada pekerja pabrik
pakaian yang memotong kain dan menjahit hasil potongan tersebut adalah biaya
tenaga kerja langsung.
3) Overhead Pabrik
Terkadang biaya ini disebut sebagai overhead produksi (manufacturing
overhead) atau beban pabrik
(factory burden). Overhead pabrik mencakup semua biaya
produksi selain bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Penekanannya disini
adalah pada istilah biaya produksi. Sebagai contoh, upah pengendali persediaan
adalah overhead pabrik. Namun, gaji seorang tugas penjualan merupakan beban
pemasaran. Contoh-contoh overhead pabrik terdiri dari:
a. Bahan tidak langsung (indirect
materials), yaitu perlengkapan operasi, reparasi, dan kebersihan yang digunakan
dalam pabrik. Bahan tidak langsung bisa juga termasuk jenis-jenis biaya bahan
yang kecil dan tidak signifikan di mana biaya bahan itu relatif kecil
dibandingkan dengan semua biaya bahan baku lainnya, seperti benang yang
digunakan dalam menjahit pakaian.
b. Biaya tenaga kerja tidak
langsung (indirect labor), yaitu pengawas pabrik dan pekerja terlatih lainnya
serta tidak terlatih lainnya, seperti pesuruh, petugas reparasi, dan pengawas
yang secara nyata tidak mengerjakan produk dan hasil usaha mereka tidak mudah ditelusuri
ke produk jadi.
c. Biaya lainnya diluar biaya
bahan tidak langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung, seperti, biaya
sewa, pajak, asuransi, penyusutan atas fasilitas pabrik dan tenaga listrik yang
digunakan dalam fasilitas pabrik.
Metode Penentuan Harga
Pokok Produksi
Menurut Mulyadi (2007: 18) metode penentuan harga pokok produk adalah
menghitung semua unsur biaya kerja dalam harga pokok produksi. Ada dua jenis
utama dalam membebankan biaya ke produk. Kedua jenis tersebut adalah:
1. Metode penentuan Harga Pokok Pesanan
(Job Order Costing)
Supriyono (1987: 217) menyebutkan metode harga pokok pesanan adalah metode
pengumpulan Harga Pokok Produksi yang biayanya dikumpulkan untuk setiap pesanan
atau kontrak atau jasa secara terpisah, dan setiap pesanan atau kontrak dapat
dipisahkan identitasnya. Proses produksi akan dimulai setelah ada pesanan dari
langganan melalui dokumen pesanan penjualan yang memuat jenis dan jumlah produk
yang dipesan, spesifikasi pesanan, tanggal pesanan diterima dan harus
diserahkan. Pesanan penjualan merupakan dasar kegiatan produksi perusahaan.
Pada metode ini, yang menjadi obyek biaya (Cost Object) adalah unit produk
individual, batch, atau kelompok produk dalam satu job.
2. Metode penentuan Harga Pokok Proses
Supriyono (1987: 217) menyebutkan metode harga pokok proses adalah metode
pengumpulan Harga Pokok Produksi yang biayanya dikumpulkan untuk setiap satuan
waktu tertentu. Pada metode ini perusahaan menghasilkan produk yang homogen dan
jenis produk bersifat standar. Ada dua metode yang umum di gunakan yaitu metode
weighted average cost dan metode First In First Out (FIFO).
Ketidaktepatan dalam perhitungan Harga Pokok Produksi membawa dampak yang
merugikan bagi perusahaan, karena Harga Pokok Produksi berfungsi sebagai dasar
untuk menetapkan harga jual dan laba, sebagai alat untuk mengukur efisiensi
pelaksanaan proses produksi serta sebagai dasar untuk pengambilan keputusan
bagi manajemen perusahaan.
Dalam menghitung unsur-unsur biaya pada harga pokok produksi terdapat
beberapa pendekatan yaitu metode full costing dan variable
costing. Mulyadi (1990 : 377) menyatakan “metode full costing maupun
variable costing merupakan metode penentuan harga pokok
produk”. Perbedaan pokok yang ada diantara kedua metode tersebut
adalah terletak pada perlakuan terhadap biaya produksi yang berperilaku tetap.
Penentuan harga pokok adalah bagaimana memperhitungkan biaya kepada suatu
produk atau pesanan atau jasa, yang dapat dilakukan dengan cara memasukan seluruh
biaya produksi atau hanya memasukan unsur biaya produksi variabel saja. Mengacu
pada pendapat Bastian dan Nurlela (2006), terdapat dua metode dalam penentuan
biaya tersebut yaitu:
a. Metode Full Costing
Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang
menghitung semua unsur biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Harga pokok produksi
menurut metode full costing terdiri dari unsur-unsur biaya produksi sebagai berikut:
Persediaan
awal xxx
Biaya
bahan
baku xxx
Biaya
tenaga kerja
langsung xxx
Biaya
overhead pabrik
variabel xxx
Biaya
overhead pabrik
tetap xxx
+
Total
biaya
produksi xxx
Persediaan
akhir (xxx)
Harga
pokok produksi xxx
|
Dalam metode full costing, overhead pabrik, baik yang berperilaku tetap
maupun variabel, dibebankan kepada produk yang diproduksi atas dasar tarif yang
telah ditentukan pada kapasitas normal atau atas dasar overhead pabrik
sesungguhnya. Oleh karena itu, overhead pabrik tetap akan melekat pada harga
pokok persediaan produk dalam proses dan persediaan produk jadi yang belum laku
dijual dan baru dianggap sebagai biaya ( unsur harga pokok penjualan) apabila
produk jadi tersebut telah terjual.
b. Metode Variable Costing
Variabel costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya
menghitung biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok
produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan
biaya overhead pabrik variabel. Metode variabel costing terdiri dari
unsur-unsur biaya produksi sebagai berikut:
Persediaan
awal xxx
Biaya
bahan
baku xxx
Biaya
tenaga kerja
langsung xxx
Biaya
overhead pabrik
variabel xxx +
Total
biaya
produksi xxx
Persediaan
akhir (xxx)
Harga
pokok
produksi xxx
|
Dalam metode variabel, overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai period
costs dan bukan sebagai unsur harga pokok produk, sehingga overhead pabrik
tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya. Dengan demikian
overhead pabrik tetap didalam metode variable costing tidak melekat pada
persediaan produk yang belum laku dijual, tetapi langsung dianggap sebagai
biaya dalam periode terjadinya.
Perhitungan Harga
Pokok Produksi
Dari pembahasan jurnal Sitty R. Lasena (ISSN 2303-1174), Setiap harinya
perusahaan mengolah kurang lebih 70.000 butir kelapa yang dibeli
dari pemasok dengan harga Rp 900/butir.
a) Laporan Harga Pokok Produksi dengan metode Full
Costing
Full Costing
Bahan
Langsung Rp 18.346.680.000
Tenaga Kerja
Langsung 1.685.053.600
Overhead Pabrik
Variabel
1.588.535.000
+
Total
Biaya Produksi Variabel Rp 21.620.268.600
Overhead
Pabrik tetap
46.094.000
+
Harga
Pokok Produksi Rp 21.666.362.600
|
b)
Penentuan Harga
Pokok Produksi dengan menggunakan Variabel Costing pada PT.
Dimembe Nyiur Agripro
Variable Costing
Bahan
Langsung
Rp 18.346.680.000
Tenaga
Kerja
Langsung 1.685.053.600
Overhead
Pabrik Variabel 1.588.535.000
+
Total
Harga Pokok Produksi Variabel Rp 21.620.268.600
|
c) Harga Pokok Produksi yang dihitung Berdasarkan
Metode Full Costing dan Variabel Costing
Keterangan
|
Full Costing
|
Variabel Costing
|
Biaya Bahan Langsung
|
Rp.18.346.680.000
|
Rp. 18.346.680.000
|
Biaya Tenaga Kerja Langsung
|
1.685.053.600
|
1.685.053.600
|
BOP
Variabel
|
1.588.535.000
|
1.588.535.000
|
Total HPP Variabel
|
Rp. 21.620.268.600
|
Rp. 21.620.268.600
|
Biaya Overhead Pabrik Tetap
|
46.094.000
|
|
Harga Pokok Produksi
|
Rp. 21.666.362.600
|
Sumber: Analisis Penulis
Dari data tabel di atas terdapat selisih perhitungan metode full
costing sebesar Rp. 46.094.000,- dengan metode variabel
costing. Pada metode full costing dihitung terkait
biaya-biaya variabel maupun biaya tetap, sedangkan pada metode variabel
costing hanya menggunakan biaya variabel saja.
Perhitungan Biaya
Produksi
Dari hasil pembahasan jurnal Christy Oentoe (ISSN 2303-1174 ) dalam
penelitiannya di Perusahaan Roti Jordan, “terdapat adanya pesanan khusus yang
diterima perusahaan”. Maka penggolongan biaya atas dasar perilaku-perilaku
biaya yang ada didalam perusahaan selayaknya harus digunakan. Biaya-biaya yang
ada didalam perusahaan Roti Jordan terbagi atas tiga golongan besar, yaitu :
a. Bahan Langsung
Biaya bahan langsung untuk memproduksi roti tidak begitu banyak macam dan
biaya-biaya tersebut terdiri atas: tepung, gula, coklat, telur, mentega dan
ragi. Berikut ini adalah harga dan pemakaian bahan baku dalam satu bulan
Perusahaan Roti Jordan :
Bahan Baku
|
Harga
|
Total perbulan
|
Total (dalam rupiah)
|
|
Tepung
|
152.000/25kg
|
1500 sak
|
197.600.000
|
|
Gula
|
615.000/50kg
|
210 sak
|
129.150.000
|
|
Coklat
|
544.000/20kg
|
563 dos
|
306.272.000
|
|
Telur
|
30.000/30btr
|
500 baki
|
15.000.000
|
|
Mentega
|
185.000/15kg
|
300 dos
|
55.500.000
|
|
Ragi
|
1.300/bungkus
|
6500 bungkus
|
8.450.000
|
|
Total
|
711.972.000
|
b. Biaya tenaga kerja langsung
Menurut Perusahaan Roti Jordan dalam penelitian Christy Oentoe (2013),
upah langsung adalah jumlah keseluruhan upah yang dibayarkan kepada karyawan
yang bekerja dibagian produksi mulai dari pengolahan bahan baku sampai menjadi
barang jadi. Besarnya tarif upah ditentukan menurut kebijakan perusahaan.
Dan perusahaan mengambil kebijakan untuk memberikan upah pada karyawan Rp
50.000/hari.
Jumlah tenaga kerja = 60 orang
Status karyawan = karyawan tetap 8 orang dan kontrak 52 orang
Pada perusahaan roti Jordan terdapat 60 orang tenaga kerja, dan 45 orang
diantaranya merupakan tenaga kerja langsung. Sedangkan upah untuk tenaga kerja
langsung ini dihitung tiap harinya, dan upah perhari tenaga kerja langsung
sebesar Rp 50.000 per orang. Untuk itu biaya tenaga upah perbulan adalah :
Upah perhari x jumlah hari kerja dalam sebulan
Rp 50.000 x 26
hari =
Rp 1.300.000
Jadi, untuk biaya tenaga kerja langsung perbulannya adalah :
45 orang x Rp 1.300.000
= Rp 58.500.000
Upah perbulan 15 orang tenaga kerja tidak langsung sebagai berikut :
Manajer :
Rp 3.500.000
Kabag :
Rp 2.500.000 x 5 orang = Rp
12.500.000
Karyawan :
Rp 50.000/hari
Rp 50.000 x 26
hari =
Rp 1.300.000
Rp 1.300.000 x 8 karyawan = Rp 10.400.000
Jadi upah tenaga kerja tidak langsung selama satu bulan adalah :
Upah Manajer + Upah Kabag + Upah Karyawan
Rp 3.500.000 + Rp 12.500.000 + Rp
10.400.000 =
Rp 26.400.000
c. Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik yang ada pada Perusahaan Roti Jordan adalah
biaya-biaya bahan pembantu seperti kantong pembungkus roti (paper pack),
plastik pembungkus, biaya listrik, telepon, bahan bakar, air, perlengkapan
pabrik, pemeliharaan pabrik.
Biaya Overhead Pabrik
|
Tetap
|
Variabel
|
Total
|
Bahan tidak langsung
|
2.900.700
|
2.900.700
|
|
Upah tenaga kerja tidak langsung
|
26.400.000
|
26.400.000
|
|
Perlengkapan pabrik
|
20.833.333
|
20.833.333
|
|
Listrik
|
3.763.500
|
3.763.500
|
|
Bahan bakar
|
8.104.000
|
8.104.000
|
|
Air
|
420.000
|
420.000
|
|
Telepon
|
605.000
|
605.000
|
|
Penyusutan/perbaikan mesin
|
107.083,3
|
107.083,3
|
|
Asuransi
|
2.411.500
|
2.411.500
|
|
Total
|
49.751.916
|
15.793.200
|
65.545.116
|
Sumber : Data Perusahaan
Jadi, Biaya overhead pabrik dalam satu bulan produksi adalah
Rp 65.545.116
Perhitungan Biaya
Produksi Berdasarkan Pendekatan Full Costing
Full costing merupakan metode penentuan Biaya produksi yang menghitung
semua unsur biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Pada perusahaan roti Jordan,
perusahaan menggunakan perhitungan biaya produksi yang terperinci. Dalam hal
ini perusahaan membebankan semua unsur biaya produksi dengan berdasarkan biaya
yang terjadi sesungguhnya.
Berikut ini adalah penentuan Biaya Produksi berdasarkan perhitungan metode full costing :
Berikut ini adalah penentuan Biaya Produksi berdasarkan perhitungan metode full costing :
Perhitungan Berdasarkan Metode Full Costing
Biaya Bahan
Langsung Rp 711.972.000
Biaya Tenaga Kerja
Langsung Rp 58.500.000
Biaya Overhead Pabrik
Variabel Rp 15.793.200
Biaya Overhead Pabrik
tetap Rp 49.751.916
Total Biaya
Produksi Rp 836.017,116
Perhitungan Biaya Produksi
Berdasarkan Pendekatan Variable Costing
Dalam menentukan biaya produksi yang ada dalam perusahaan Roti Jordan hanya
membebankan unsur-unsur biaya produksi yang bersifat variabel saja. Adapun
unsur-unsur biaya variabel itu adalah biaya bahan langsung, biaya upah
langsung, dan biaya overhead variabel. Pemebebanan biaya produksi tersebut
dilakukan berdasarkan biaya historis atau biaya yang sesungguhnya terjadi.
Berdasarkan teori yang ada, baiaya variabel pabrik sebaiknya dibebankan
berdasarkan tarif biaya overhead yang telah ada, karena tidak mungkin mengukur
biaya overhead variabel dengan tepat yang harus di bebankan terhadap suatu
produk. Selain itu, dengan menggunakan tarif biaya overhead yang telah ada,
maka dapat disusun standar dan anggaran biaya untuk keperluan pengawasan dan
efisiensi kerja.
Pengalokasian biaya overhead menurut teori yang ada. Dari hasil analisa
yang telah dilakukan maka berikut ini penulis akan membandingkan antara
perhitungan biaya produksi full costing diatas dengan menggunakan metode
variable costing.
Perhitungan Berdasarkan Metode Variable Costing
Perhitungan Berdasarkan Metode Variable Costing
Biaya Bahan
Langsung Rp 711.972.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Rp 58.500.000
Biaya Overhead Pabrik
Variabel Rp 15.793.200
Total Biaya Produksi
Variabel
Rp
786.265.200
Perbandingan Biaya
Produksi Berdasarkan Metode Full Costing dan Metode Variabel Costing
Keterangan
|
Full Costing
|
Variable costing
|
Bahan langsung
|
711.972.000
|
711.972.000
|
Tenaga kerja langsung
|
58.500.000
|
58.500.000
|
Overhead Pabrik Variabel
|
15.793.200
|
15.793.200
|
Overhead Pabrik Tetap
|
49.751.916
|
|
Total
|
836.017.116
|
786.265.200
|
Berdasarkan Perhitungan diatas didapatkan hasil perbandingan yang berbeda
antara perhitungan berdasarkan metode full costing dengan variabel costing.
Perhitungan dengan menggunakan full costing di dapatkan hasil per bulannya
sebesar Rp. 836.017.116 sedangkan menggunakan perhitungan variable costing di
dapatkan hasil per bulannya Rp.786.265.200 .
lengkap sekali penjelasannya nih bro, bagus bro artikelnya
BalasHapusBagus
BalasHapusKurva dan grafiknya ga nongol gan,,
BalasHapusAnyway infonya sangat membantu sekali
Sippp... Ntar dibenahin... Mohon follow dan Like ya buat update-an materinya
BalasHapusIni kok nggak bisa disave halamannya
BalasHapusTerima kasih materi nya sangat lengkap 💪
BalasHapusMaaf artikel tentang akuntansi di biaya diblog ini adalah artikel saya sepenuhnya...yang punya blog sebaiknya anda izin dulu kalo mau copas atau paling tidak mencantumkan sumbernya meskipun domain http://akuntansibiaya.web.id sudah down..
BalasHapusMantap gan . Lanjutkan. Bagi teman" yang ingin juga mengunjungi blog saya ini linknya
BalasHapushttps://akupecintaakuntansi.blogspot.com/2018/03/contoh-soal-2-biaya.html?m=1
...siiippp...boleh share kah...tq
BalasHapusKomprehensif
BalasHapusmaksih materinya
BalasHapus